Rupiah Perkasa Pasca Data AS Dirilis

0
166

JAVAFX – Nilai tukar rupiah menguat ke posisi Rp14.115 per dolar AS atau sebesar 0,07 persen pada perdagangan pasar spot  hari Selasa (3/12) sore. Sebelumnya, kurs rupiah berada di posisi Rp14.125 per dolar AS pada penutupan perdagangan pada Senin kemarin.

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) rupiah menempatkan diri pada posisi level Rp14.130 per dolar AS atau melemah dibandingkan posisi Senin (2/11), yakni Rp14.122 per dolar AS.

poundsterling Inggris menguat 0,30%, dolar Australia 0,53%, dolar Kanada 0,13% dan euro menguat tipis 0,02% terhadap dolar AS.

Mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Tercatat dolar Singapura menguat 0,12%, ringgit Malaysia 0,10%, peso Filipina 0,07%, rupee India juga menguat 0,07%, baht Thailand 0,04% serta dolar Taiwan menguat tipis 0,01%.

Disisi lainnya, pelemahan terjadi pada won Korea 0,33%, lira Turki 0,15% dan yuan China serta yen Jepang sama-sama melemah 0,10% terhadap dolar AS.

Penguatan rupiah disebabkan oleh sentimen kontraksi aktivitas manufaktur AS.

Sebelumnya, rilis data dari Institute of Supply Management (ISM) pada Senin (2/12) mencatat bahwa aktivitas manufaktur di AS berkontraksi pada November.

Indeks Manajer Pembelian Manufaktur ISM turun menjadi 48,1 pada November, di bawah ekspektasi. Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi.

Presiden AS Donald Trump akhirnya segera memberlakukan bea masuk untuk impor baja dan aluminium dari Brasil dan Argentina. Pasalnya, Trump menilai selama ini mata uang dua negara tersebut terlalu lemah sehingga merugikan AS.

Sentimen positif dari Bank Indonesia (BI) yang telah melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi pada perdagangan DNDF dalam tekanan perekonomian global juga turut berkontribusi terhadap penguatan rupiah.