JAVAFX – Ruang pelemahan harga minyak terus berlanjut disaat sanksi Iran berjalan pada perdagangan siang hari jelang sore ini dimana kondisi pasokan yang berlimpah disertai kinerja ekonomi dunia, telah membawa minyak terkoreksi memasuki pekan terburuknya kembali.
Iran segera mendapatkan larangan ekspor minyaknya serta dilarang melakukan kegiatan keuangan yang berkaitan dengan jual beli minyaknya terkait sanksi AS yang mencabut keikutsertaannya dalam Perjanjian Nuklir 2015 di era Obama. Trump mencabut perjanjian tersebut, membuat Iran dilarang melakukan kegiatan ekspor minyaknya.
Namun harga minyak tidak mengalami kenaikan akibat sanksi ini, dimana ini disebabkan beberapa negara yang seharusnya sudah dilarang untuk melakukan perdagangan dengan Iran, nampaknya akan mendapatkan dispensasi kelonggaran mendapatkan minyaknya dari Iran. Beberapa negara Asia dan Timur Tengah masih akan mendapatkan minyak Iran sebagai bentuk kesepakatan awal saja.
Harga minyak dalam sepekan sebelumnya mengalami tekanan jual yang cukup besar, mengingat pasokan minysk dunia yang akan naik. EIA melaporkan bahwa memasuki pekan keenam persediaan minyak AS terus meningkat secara berturut-turut. EIA juga menyebutkan bahwa produksi minyak pemerintah AS juga mengalami kenaikan menjadi 11.3 juta bph di pekan lalu naik 3,8% dibandingkan Juli lalu dan naik 22,7% produksinya dibandingkan tahun sebelumnya.
Tingginya harga minyak bisa membuat inflasi meninggi sehingga mengurangi daya beli konsumen di masa mendatang. Sebuah survei Reuters mengungkapkan bahwa pasokan minyak dunia akan mengalami kelebihan selain yang dilakukan AS, yaitu berkat kenaikan pasokan dari OPEC.
2 anggota OPEC yaitu Libya dan Uni Emirat Arab menyatakan telah menaikkan paokan minyaknya di mana UEA berhasil menambah pasokan sebesar 200 ribu bph menjadi 3,25 juta bph, sedangkan Libya membuat tambahan pasokan 1,22 juta bph, sehingga total OPEC bisa memproduksi minyaknya sebesar 33,31 juta bph.
Arab Saudi juga mengalami kenaikan produksi sekitar 416 ribu bph pekan lalu, menambah beban pasokan internasional. Namun Iran akan segera mendapatkan sanksi pelarangan ekspor minyaknya mulai 4 November nanti. Banyak yang percaya bahwa sanksi bisa mengurangi pasokan, namun beberapa kalangan juga tidak percaya kondisi ini. Beberapa perusahaan China berusaha mendapatkan pengecualian impor minyaknya untuk menghindari sanksi AS tersebut.
Sebelumnya kondisi pasokan yang berlebih sempat dikeluhkan banyak pihak, padahal sanksi Iran semakin dekat sehingga harga minyak terus naik. Sebelumnya OPEC telah mengeluarkan perkiraan dimana produksi minyak dunia dapat di antara 1,5 juta bph hingga 2 juta bph penurunan di tahun depan. Iran dilaporkan mengekspor 1,33 juta bph pada pekan lalu kepada India, China dan Turki.
Namun harga minyak makin sulit membaik selain pasokan yang akan berlimpah, kondisi pertumbuham ekonomi global yang sedang menurun kemungkinan besar akan membuat konsumsi minyak juga akan menurun.
Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,30 atau 0,48% di level $62,84 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Oktober di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,23 atau 0,32% di harga $72,60 per barel.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi