JAVAFX – Berita minyak di hari Selasa(13/3/2018), ruang jual harga minyak terus berkembang pada perdagangan minyak jelang sore hari ini meski terbatas dengan bantuan masih menguatnya dolar AS jelang data inflasi AS yang akan rilis pada malam ini.
Alhasil hal ini membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak April di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,15 atau 0,24% di level $61,21 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Mei di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,09 atau 0,14% di harga $64,86 per barel.
Dalam laporan tengah bulanannya EIA menyatakan bahwa dari 7 lokasi kilang utama di AS mengalami kenaikan produksi sebesar 131 ribu bph menjadi 6,954 juta bph, yang berarti bahwa di pekan ini produksi minyak AS akan naik lagi. Produksi minyak AS pekan lalu naik 86 ribu bph menjadi 10,369 juta bph. Tahun 2019 menurut perkiraan EIA bahwa akan terjadi kenaikan produksi minyak AS sebesar 570 ribu bph menjadi 11,27 juta bph atau naik dari sebelumnya 11,04 juta bph.
EIA sebelumnya juga menyatakan bahwa telah terjadi revisi atas produksi minyak AS yang diperkirakan mengalami kenaikan produksi sebesar 120 ribu bph menjadi 11,17 juta bph pada kuartal keempat 2018. Ini berarti akan membawa AS negara yang mempunyai produksi minyak terbesar di dunia dan akan menjadi negara swasembada energi.
Namun Baker Hughes sendiri menyatakan di pekan lalu bahwa sekitar 4 kilang telah dinon-aktifkan sehingga ini merupakan minggu pertama sejak 7 pekan sebelumnya yang merupakan penutupan, sehingga total rig yang aktif sejumlah 796 rig. Ini juga sebagai pertanda bahwa pasokan minyak AS akan berkurang di pekan selanjutnya.
Iran juga menyatakan bahwa sejak Juni nanti, produksi minyaknya akan dibatasi sebagai ketentuan menjadi anggota OPEC dan untuk pertama kalinya diikuti oleh Iran sejak OPEC membatasi paoskannya pada awal 2017 lalu.
Di sisi lain, situasi geopolitik Korea yang agak mendingin tentunya juga akan menguntungkan bagi minyak karena salah satu klausul embargo ke Korea Utara tersebut adalah pengiriman minyak dari Rusia yang tentunya jika dicabut embargonya maka ekspor minyak ke Korea akan dibuka kembali. Sejak tahun lalu sisi geopolitik Korea ini terus membayangi harga minyak untuk tidak menguat padahal OPEC sudah membatasi pasokan minyak dunia, karena investor minyak sangat khawatir bahwa masalah geopolitik Korea ini bisa menghambat kelancaran pasokan minyak khususnya ke Korea Selatan, China dan Jepang serta Rusia.
Dengan akan dibukanya hubungan Korea Utara-AS maka pasokan minyak dunia akan lancar.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC