Gedung Putih berpikir keras terkait tantangan keamanan dan politik yang sulit ketika para pejabat mempertimbangkan potensi perjalanan ke Israel yang kemungkinan akan memberikan keuntungan diplomatik jangka panjang bagi Presiden AS Joe Biden.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengundang Biden, yang telah terang-terangan mendukung Israel, sekutu terdekat Washington di Timur Tengah.
Israel hingga kini belum pulih setelah serangan lintas perbatasan yang menghancurkan oleh militan Hamas Palestina pada 7 Oktober yang menewaskan 1.300 warga Israel.
Gedung Putih menolak mengomentari rencana perjalanan tersebut.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Adrienne Watson mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya tidak memiliki rencana perjalanan baru untuk diumumkan.
Sebuah sumber mengatakan pada Minggu bahwa para pejabat Amerika dan Israel sedang mendiskusikan kemungkinan pelaksanaan kunjungan itu segera.
Perjalanan seperti itu akan menjadi pilihan yang langka dan berisiko, karena menunjukkan dukungan AS terhadap Netanyahu ketika AS berupaya menghindari perang regional yang lebih luas yang melibatkan Iran, sekutunya di Lebanon, Hizbullah, dan Suriah.
Selain itu, kondisi makanan dan bahan bakar semakin menipis di Gaza, di mana pihak berwenang mengatakan terdapat lebih dari 2.800 orang yang tewas dalam serangan bombardir Israel.
Namun, kunjungan tersebut dinilai akan dapat memberi Biden pengaruh baru untuk mempengaruhi peristiwa yang terjadi di lapangan dan meningkatkan citranya di dalam negeri.
Biden dan Netanyahu, yang dikenal bukan merupakan sekutu akrab, telah bersatu meskipun ada perselisihan mengenai masa depan di Timur Tengah.
Biden sering menekankan dukungan bagi negara-negara Israel dan Palestina yang merdeka.
Pertemuan tatap muka akan memungkinkan Biden secara pribadi membahas kekhawatiran dan kemungkinan pembatasan dalam ancaman invasi darat Israel ke Gaza.
“Biden perlu menatap langsung Netanyahu dan memastikan dia memahami bahwa reputasi global Amerika sedang dipertaruhkan dan pendudukan Gaza akan menyeret kedua negara ke dalam konflik yang berkepanjangan,” kata Kirsten Fontenrose, mantan pejabat keamanan nasional AS yang kini menjadi anggota di Dewan Atlantik.
Terdapat risiko keamanan unik yang dihadapi dalam mewujudkan perjalanan Biden tersebut.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang tengah berada di Israel untuk melakukan pertemuan, terpaksa berlindung di bunker selama lima menit bersama Netanyahu ketika sirene berbunyi di Tel Aviv selama pertemuan mereka.
Israel merencanakan serangan darat di Gaza yang diperkirakan akan memperparah krisis kemanusiaan di sana, saat saling menyerang dengan rudal telah terjadi antara Lebanon dan Israel serta warga Israel di seluruh negeri terus berlindung dari rudal yang ditembakkan Hamas.
Para pemimpin negara-negara Barat lainnya termasuk Kanselir Jerman Olaf Scholz dan anggota parlemen merencanakan kunjungan serupa ke Israel pekan ini, begitu pula para anggota Kongres AS.
Presiden AS jarang mengunjungi sekutunya segera setelah konflik pecah, dan biasanya menyerahkan tugas tersebut kepada pejabat senior dalam diplomasi atau pertahanan.
“Kunjungan kepresidenan diusahakan diatur secara ketat dan perang tidak pernah diatur secara ketat,” kata Jon Alterman, wakil presiden senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional.
Biden pada Senin berbicara melalui telepon kepada sejumlah pemimpin asing dan mengutuk peningkatan kejahatan kebencian anti-Yahudi sebesar 36 persen, tetapi tidak tampil di depan umum.
Dia membatalkan perjalanan ke Colorado.
Sekitar 30 pengunjuk rasa termasuk beberapa orang Yahudi Amerika ditangkap di luar Gedung Putih ketika mereka menyerukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza, kata Dinas Rahasia.
Sekitar 78 persen warga Amerika, termasuk mayoritas dari Partai Demokrat dan Republik, mendukung upaya diplomatik AS untuk mengizinkan warga Gaza yang melarikan diri dari pertempuran untuk pindah ke negara yang aman, menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos.
Selain itu, 41 persen responden mengatakan mereka setuju dengan pernyataan bahwa “AS harus mendukung Israel” dalam konfliknya dengan Hamas, sementara hanya 2 persen yang mengatakan AS harus mendukung Palestina.
Dalam beberapa hari terakhir, presiden dari Partai Demokrat tersebut telah mencoba memberikan solusi dengan secara terbuka memberikan dukungan tanpa syarat terhadap tanggapan Israel terhadap serangan Hamas sambil menunjukkan kepedulian kemanusiaan terhadap warga Palestina di Gaza yang dibombardir Israel.
Biden dapat menggabungkan kunjungan tersebut dengan bertemu Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas di Tepi Barat, seperti yang dilakukannya di sela-sela kunjungannya sebelumnya ke Israel sebagai presiden tahun lalu, kata Alon Pinkas, penasihat kebijakan luar negeri di Israel yang menjabat pada masa perdana menteri Israel Ehud Barak.
Biden telah mengunjungi Israel sebanyak 10 kali, pertama sebagai senator pada 1973, sebelum Perang Yom Kippur yang melibatkan Israel, Mesir, dan Suriah.
Beberapa presiden AS telah berkunjung sejak Richard Nixon pada 1974.