JAVAFX – Rencana datangnya badai Florense dukung harga minyak membaik pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini dimana harga minyak akan membaik di kemudian hari disaat pasokan akan berkurang.
Badai besar akan segera melanda kawasan Selatan AS khususnya daerah California dimana daerah tersebut merupakan daerah penghasil minyak khususnya di Teluk Meksiko. Sekitar sejuta penduduk sudah diungsikan demi menghindari badai besar tersebut sehingga sisi pasokan minyak AS kemungkinan besar akan berkurang cukup banyak dalam 2 hari nanti. Kondisi ini tentu mendukung perbaikan harga sejenak.
Sebelumnya pemerintah AS mengumumkan bahwa inventarisasi minyak AS mengalami penurunan yang lebih besar dari besaran persediaan yang ada di mana dalam seminggu sudah turun 4,3 juta barel, terbesar sejak Februari 2015 lalu. Sisi produksi minyak AS kemungkinan juga akan menurun mengingat 2 kilang aktifnya segera ditutup sehingga total hanya ada 860 kilang aktif yang berproduksi. Kondisi ini makin menurunkan kemampuan produksi AS di kemudian hari.
Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,05 atau 0,07% di level $67,59 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Oktober di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,15 atau 0,19% di harga $77,52 per barel.
Tekanan harga minyak sebelumnya muncul karena produksi minyak OPEC antara Juli hingga Agustus lalu, ternyata mengalami kenaikan sebanyak 220 ribu bph mencapai 32,79 juta bph, demikian menurut survei Reuters. Naiknya produksi OPEC ini diluar perkiraan pasar mengingat Iran akan segera terdampak sanksi pelarangan transaksi oleh AS di bulan depan. Produksi minyak yang berlimpah tentu membuat harga minyak tidak menarik alias melemah lagi.
Kondisi ini diperberat mengingat Presiden Trump sudah menyiapkan tarif baru kepada China sehingga tensi perang dagang sungguh mengganggu pergerakan minyak. Apalagi Kanada belum diikutsertakan dalam NAFTA, membuat kawasan Amerika Utara masih rawan konflik tarif.
Tekanan harga minyak kali ini jelang sanksi Iran adalah kinerja ekonomi beberapa negara berkembang yang sedang menurun, sehingga diperkirakan permintaan konsumsi minyaknya juga akan merosot tajam. Padahal konsumsi mereka bisa mencapai 60% dari pangsa pasar minyak dunia sehingga jika memang akan menurun konsumsinya maka sisi keseimbangan pasokan akan dipertaruhkan kembali. Korea Selatan, India dan China masih belum menentukan dari negara mana mereka mendapatkan minyak pengganti Iran, namun AS sudah mulai mendekati mereka melalui Arab Suadi dan Rusia.
Perang dagang akan membawa konsekuensi akan turunnya pertumbuhan sebuah negara sehingga permintaan akan minyak juga dapat dipastikan mengalami penurunan. Inilah yang ditakutkan oleh pelaku pasar jika masalah perang dagang muncul lagi.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi