Safe-haven Dolar AS terpaksa harus menjauh dari level tertingginya di lebih dari sembilan bulan terakhir terhadap mata uang utama hingga sesi perdagangan Senin siang di Asia. Penurunan yang disebabkan oleh rebound nya saham Asia yang sukses mengangkat sentimen, sekalipun pasar masih dihantui penyebaran varian virus corona Delta yang terus berlanjut.
Rebound di semua pasar ekuitas Asia memaksa dolar AS melemah, dengan harga logam dasar yang naik atas ekspektasi peningkatan permintaan meningkat setelah China, selaku konsumen logam utama dunia, melaporkan tidak ada kasus COVID-19 yang ditularkan secara lokal untuk pertama kalinya sejak Juli. Penguatan sentimen sebenarnya sudah terjadi sejak penutupan positif Wall Street pada perdagangan akhir pekan kemarin.
Sebenarnya, penguatan yang diterima dolar AS tak lepas dari para pelaku pasar yang mencari aset yang lebih aman karena lonjakan varian Delta yang menyebar cepat timbulkan acaman gagalnya pemulihan ekonomi global, bersamaan dengan isyarat Federal Reserve yang akan mensegerakan pengurangan stimulus di tahun ini.
Kekhawatiran atas penyebaran COVID-19 mendorong The Fed mengubah tehnis simposium Jackson Hole, Wyoming tahunan secara daring, yang akan diadakan Jumat ini. Namun ternyata kondisi ini menimbulkan pertanyaan tentang penilaian bank sentral yang lebih luas terhadap dampak ekonomi varian Delta.
Ketua Fed Jerome Powell, yang sejauh ini sebagian besar mengecilkan dampaknya, memberikan pidato tentang prospek ekonomi di acara tersebut, yang akan diuraikan dengan hati-hati oleh para pelaku pasar yang mengincari kepastian baik waktu dan laju pengetatan kebijakan moneter.
Mata uang terkait komoditas termasuk dolar Aussie dan Kanada memimpin rebound terhadap dolar, menyusul penurunan tajam pekan lalu.
Sementara itu, meningkatnya infeksi dan pembatasan baru di Australia dan Selandia Baru masih menjadi beban yang harus dipanggul mata uang kedua negara tersebut. Sekitar 60% dari populasi Australia yang berjumlah 25 juta berada di bawah penguncian, dengan tingkat infeksi pada rekor.
Indeks dolar, yang mengukur perdagangan dolar AS terhadap enam mata uang rival, turun 0,19% menjadi 93,311 dari Jumat, ketika berhasil menyentuh level 93,734 untuk pertama kalinya sejak 4 November.
Aussie naik 0,29% menjadi $0,71575, setelah mencapai level terendah 9 setengah bulan di $0,71065 pada hari Jumat. Terhadap dolar Kanada, greenback tergelincir 0,25% di level C$1,2776. Loonie sempat melonjak ke level tertinggi delapan bulan di C$1,2949 pada akhir pekan lalu.
Dolar Selandia Baru flat di level $0,68385, mendekati level terendah 9 setengah bulan di $0,6807 yang dicapai Kiwi pada sesi Jumat, di tengah penguncian dalam upaya Selandia Baru menahan laju wabah Delta.
Korea Selatan dan Vietnam perpanjang atau memperketat pembatasan, sementara Jepang mengubah strategi dengan memperketat tes COVID-19 saat infeksi baru harian mencapai rekor pada Jumat.
Safe haven lainnya, Yen Jepang, relatif tidak berubah dan diperdagangkan di level 109,85 per dolar, mengalami konsolidasi di tengah tengah rentang perdagangan satu setengah bulan terakhir.
Euro terapresiasi 0,18% di level $1,17195, dari level terendah 9 setengah bulan pada sesi Jumat di level $1,1664. Sterling naik 0,18% ke level $1,36475, menguat dari level terendah satu bulan $1,3602 pada akhir pekan lalu.