Minggu lalu, Amerika telah merilis data inflasi tahunannya yang di lihat dari CPI tahunan yang naik dari 8.3% ke 8.6%. Ini adalah rekor inflasi tertinggi sejak 41 tahun lalu di mana di bulan Desember tahun 1981, Amerika mencatatkan inflasinya sebesar 8.5%. Inflasi tahunan sebesar 8.6 di sebabkan karena lonjakan energi sebesar 34.6% (yang merupakan tertinggi sejak September 2005) dan lonjakan harga bahan pangan sebesar 10.1%. Inilah kali pertama harga pangan melewati presentase 10% dalam 41 tahun terakhir. Pada Februari dan Maret 2022, inflasi umum dan inflasi inti sama-sama melonjak. Akan tetapi pada Mei ini, inflasi umum terus melonjak sementara inflasi inti mulai melambat. Hal ini membawa kekhawatiran karena inflasi inti mencerminkan seberapa kuat laju permintaan. Lonjakan inflasi umum tanpa di sertai tingginya inflasi inti akan menjadi sinyal bahwa laju inflasi karena Cost Push Inflation semata.
Menurut pemenang Nobel ekonomi, Prof. Yale Robert Shiller, jika harga terus melambung tinggi maka konsumen akan mulai kesulitan membeli sehingga mereka merem pembelian dan membuat permintaan menurun. Menurut data Adobe Analytics, belanja Online mulai mengalami perlambatan inflasi dengan turunnya harga akibat turunnya penjualan barang elektonik dan apparel yang masing-masing menyusut 6.5% dan 9.0% (yoy). Jebloknya sentimen konsumen akan menjadi sinyal buruk bagi konsumsi rakyat Amerika.Sentimen konsumen AS pada Juni tahun 2022 ini sebesar 50.2%. Ini adalah yang terendah sepanjang masa sejak Survei di lakukan pada November tahun 1952. Pada Mei 1980, sentimen konsumen terendahnya adalah 51.7%. Kemungkinan besar para konsumen saat ini akan menahan belanja dan hanya belanja kebutuhan yang penting dan sehari-hari. Jika konsumen mengerm belanja maka pemulihan ekonomi akan berjalan lambat. Pada kuartal I tahun ini Amerika telah mengalami kontarksi pertumbuhan ekonominya sebesar 1.5% dan makin banyak yang meyakini bahwa Amerika Serikat menuju resesi, tinggal menunggu waktu.
Berdasarkan polling dari The Financial Time menunjukkan 60% ekonom kenamaan AS yakin AS akan jatuh dalam resesi di tahun depan dan beberapa responden mengatakan bahwa resesi akan terjadi di kuartal I atau kuartal II tahun 2023 atau di semester I tahun 2023. Sebanyak 40% juga menilai The Fed gagal mengendalikan inflasi karena kondisi suku bunga saat ini adalah 0.75%-1.0%. Menurut responden, inflasi akan terkendali bila suku bunga acuan menjadi 2.8% pada akhir 2022 nanti.Survey yang di lakukan CNBC juga melaporkan bahwa 68% responden yakin bahwa resesi akan terjadi di Semester I tahun 2023. Tidak ada satupun yang percaya bahwa Amerika akan bebas dari resesi tahun depan.