Bank sentral Selandia Baru (RBNZ) menaikkan suku bunga dengan rekor 75 bps, dan memperingatkan perlambatan ekonomi
Reserve Bank of New Zealand menaikkan suku bunga dengan rekor 75 basis poin pada hari Rabu, dan memperingatkan potensi penurunan ekonomi dalam waktu dekat karena terus bergerak melawan inflasi. Bank sentral menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps menjadi 4,25% – tertinggi sejak krisis keuangan 2008. Rekor kenaikan tertinggi diharapkan secara luas, mengingat bank sentral tidak akan dapat bertindak selama tiga bulan ke depan karena liburan Natal dan musim panas.
Langkah itu dilakukan ketika Selandia Baru menghadapi tingkat inflasi tertinggi dalam 32 tahun, meskipun RBNZ menjadi salah satu bank sentral besar pertama yang mulai memperketat kebijakan setelah pandemi COVID-19. Bank telah menaikkan suku bunga dengan total 400 basis poin sejak Agustus 2021.
RBNZ mengatakan dalam rilis pada hari Rabu bahwa suku bunga yang lebih tinggi diperlukan untuk membawa inflasi dalam kisaran targetnya dalam jangka menengah. Ia juga mengatakan bahwa ekspektasi inflasi jangka pendek telah meningkat karena harga pangan dan bahan bakar yang sangat tinggi. Bank mengatakan bahwa permintaan lokal untuk barang dan jasa tetap kuat meskipun hambatan ekonomi global dan melampaui pasokan, sehingga mendorong inflasi.
Inflasi IHK tahunan Selandi Baru adalah 7,2% pada bulan September, jauh di atas kisaran target RBNZ 1% hingga 3%. Pembacaan yang tinggi cenderung mengundang lebih banyak kenaikan suku bunga oleh RBNZ, yang berpotensi membebani aktivitas ekonomi.
“Karena ekonomi Selandia Baru dimulai dari posisi inflasi yang sangat tinggi dan kekurangan tenaga kerja akut, periode kontraksi ekonomi kemungkinan besar terjadi karena aktivitas ekonomi menurun dari level yang tinggi,” kata RBNZ dalam sebuah pernyataan.
Dolar Selandia Baru melonjak 0,5% setelah keputusan tersebut. Rabu pagi pukul 09.50 WIB, NZDUSD berada di posisi $0.61725, sempat naik ke level $0.61917.
