Setelah kinerja emas yang mengecewakan pada tahun 2021, antusiasme perdagangan di tahun 2022 bisa menurun menurut London Bullion Market Association (LBMA). Pada hari Selasa (01/02/2022), LBMA merilis hasil kajian proyeksi tahunannya. Hasilnya, harga emas diyakini relatif stabil di harga rata-rata $1.801,90 per troy ons di tahun ini. Angka ini relatif tidak berubah dari harga rata-rata tahun lalu $1.798,60 per troy ons.
Meski rata-rata harga akan datar, ayunan perdagangan bisa membuat bentang harga dalam kisaran $780. Setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhi pergerakan emas tahun ini, yakni kenaikan suku bunga AS, ancaman inflasi yang meningkat, dan volatilitas pasar yang lebih tinggi.
“Anehnya, COVID-19 dan ketegangan geopolitik tidak secara khusus dianggap sebagai pengaruh utama harga emas pada 2022,” kata LBMA.
Thorsten Polleit, ekonom dari Degussa yang menjadi salah satu sumber kajian ini menilai harga emas paling tinggi. Menurutnya, harga tahun dapat naik ke $2.280 per ounce. Dasarnya Polleit adalah kenaikan suku bunga Federal Reserve sebagian besar hanya merupakan “kosmetik.” Mengingat suku bunga riil akan tetap berada di wilayah negatif karena The Fed tidak akan mengendalikan inflasi.
“Ekspektasi secara luas adalah bahwa pengetatan kebijakan moneter bank sentral tahun ini kemungkinan akan membatasi harga logam mulia, khususnya emas, untuk saat ini. Namun, kami percaya bahwa, pada akhirnya, bank sentral akan memprioritaskan tujuan “menjaga ekonomi berjalan” daripada “menurunkan inflasi,” katanya.
Sementara pandangan yang paling bearish berasal dari Bernard Dahdah, analis Natixis. Dia mengatakan bahwa harga emas bisa turun menjadi $1.630 per ounce. “Kami memperkirakan harga emas akan terus turun pada tahun 2022, terutama karena normalisasi dan potensi kenaikan suku bunga oleh The Fed dan bank sentral lainnya. Meskipun inflasi diperkirakan akan tetap relatif tinggi, kami melihatnya berada pada tingkat yang jauh lebih rendah. level (2,8%) dibandingkan tahun 2021 (7%),” katanya.