Protes berskala besar, yang jarang terjadi di Tibet, dimulai pada Rabu (26/10) untuk menentang langkah penguncian selama dua bulan yang diterapkan China untuk mengekang penyebaran COVID.
Penguncian di Tibet itu dilakukan di bawah kebijakan ketat “nol-COVID” China untuk membendung infeksi virus corona, kata media Amerika Serikat Radio Free Asia (RFA).
Puluhan orang yang marah di Lhasa, ibu kota wilayah otonom Tibet, turun ke jalan dengan dijaga oleh para petugas berpakaian pelindung putih yang berdiri di dekat tempat aksi protes, kata laporan media AS itu.
Dalam dua video yang direkam malam hari tampak kerumunan orang dan mobil-mobil memblokir sebuah jalan besar, dan kerumunan itu maju ke depan sambil meninggikan suara mereka.
Penguncian di kota Lhasa dimulai pada awal Agustus ketika jumlah kasus COVID di sana dan di seluruh China terus meningkat, menurut laporan RFA.
Namun, sejauh ini masih belum diketahui apakah ada korban jiwa dalam aksi protes itu.
Para pengunjuk rasa diyakini termasuk para pekerja migran dari daerah-daerah lain di Tibet.
China telah memperkuat pemerintahannya di Tibet dan mewaspadai gerakan kemerdekaan.
Wilayah itu sering menjadi lokasi kerusuhan.