Produsen Minyak AS Siap Gulung Tikar

0
129

JAVAFX – Produsen minyak tampaknya menghadapi peristiwa “Black Swan” yang dapat menghancurkan permintaan atau meningkatkan pasokan setiap saat. Sepanjang tahun ini rasa sakitnya semakin memburuk. Ada sejumlah produsen minyak AS dan penyedia ladang minyak yang memiliki leverage tertinggi dengan uang tunai yang rendah. Beberapa diantara mereka mungkin tidak bertahan 2020.

Produsen minyak AS terhuyung-huyung dari penurunan besar dalam permintaan dari penutupan virus corona, yang juga merupakan korban perang harga Arab Saudi dan Rusia yang membanjiri pasokan.

Pada hari Senin, harga minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Mei merosot di bawah nol. Namun, kontrak Mei berakhir pada Selasa, 21 April, telah menyebabkan para pedagang berebut untuk keluar dari posisi buy yang akan mengharuskan mereka mengambil pengiriman fisik minyak mentah di tengah menipisnya ruang penyimpanan.

WTI untuk pengiriman Juni juga turun 15,5% menjadi $ 21,16 per barel Senin. Sementara itu, WTI untuk pengiriman September turun 5% menjadi $ 30,42. Dari sini nampak jelas bahwa investor mengharapkan permintaan minyak bisa bangkit kembali selama lima bulan ke depan.

Tekanan harga menjadi lebih besar, karena para produsen berebut untuk menyimpan minyak sebanyak mungkin untuk dijual nanti. Sebagaimana ditulis sebelumnya mengenai fenomena “super contango” ini.

Mitch Rubin, dari RiverPark Advisors New York, mengatakan pada 17 April silam bahwa ia telah bertaruh melawan perusahaan-perusahaan energi selama satu setengah tahun tentang dampak Corona ini. Menurutnya “ketika Anda memiliki sesuatu dan tidak bisa mengontrol harga produk tersebut, Anda tidak bisa mengontrol nasib Anda. ”

Pada saat arus kas turun, perusahaan-perusahaan minyak yang sangat berhutang budi akan melakukan apa saja untuk menopang likuiditas, menurunkan produksi, dan memangkas biaya apa pun yang mereka bisa.

Saham-saham di sektor energi bursa S&P 500 telah turun 43% tahun ini hingga 17 April. Sejauh ini, ini adalah kinerja terburuk di antara sektor S&P, dengan Indeks S&P 500 akhirnya turun 11%.

Meskipun terjadi penurunan yang luar biasa, tidak ada yang bisa mengatakan dengan pasti kapan permintaan minyak akan pulih cukup untuk membawa produsen AS yang sangat berpengaruh keluar dari zona bahaya.

Dari sejumlah emiten di sektor energy, sekita 30 perusahaan memiliki rasio utang bersih tertinggi (total utang dikurangi kas) terhadap total modal. Semua rasio utang / modal bersih per 31 Desember. Perusahaan yang telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk meningkatkan likuiditas. Bagi banyak pihak, situasi ini akan sangat berbeda dengan saat mereka melakukan paparan keuangan 31 Maret silam.