Produksi Minyak China Menurun Bantu Harga Minyak Tidak Terkoreksi Tajam

0
92

JAVAFX – Produksi minyak China menurun bantu harga minyak tidak terkoreksi tajam pada perdagangan minyak jelang sore hari ini meski terbatas dengan kondisi yang kurang kondusif dengan produksi minyak AS yang terus meninggi.

Hal ini membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak April di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,05 atau 0,08% di level $60,66 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Mei di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,17 atau 0,26% di harga $64,47 per barel.

Dalam laporan bulanan dari China bahwa produksi minyak China mengalami penurunan 1,9% di tahun lalu menjadi 30,37 juta ton per hari atau setara dengan 3,77 juta bph dan konsumsi nasional China meningkat 7,3% menjadi 93,4 juta ton, sehingga dapat diartikan bahwa China masih membutuhkan impir minyak yang lebih besar. Kondisi ini membuat minyak tertahan penurunannya.

Awal pekan ini, EIA menyatakan bahwa 7 lokasi kilang utama di AS mengalami kenaikan produksi sebesar 131 ribu bph menjadi 6,954 juta bph, yang artinya bahwa pekan ini produksi minyak AS akan naik lagi. Kondisi negatif ke harga minyak karena produksi AS ini akan menghalangi upaya OPEC untuk membatasi pasokan minyak dunia.

Seperti kita ketahui bahwa pekan lalu produksi minyak AS naik 86 ribu bph menjadi 10,369 juta bph. EIA pekan sebelumnya juga menyatakan bahwa telah terjadi revisi atas produksi minyak AS yang diperkirakan mengalami kenaikan produksi sebesar 120 ribu bph menjadi 11,17 juta bph pada kuartal keempat 2018. Ini berarti akan membawa AS melewati produksi minyak Rusia. IEA sendiri memperkirakan bahwa kenaikan produksi minyak AS bisa menjadi 12,3 juta bph dan tentu ini adalah negara yang mempunyai produksi minyak terbesar di dunia dan akan menjadi negara swasembada energi.

Di sisi lain, pemecatan Rex Tillerson sebagai Menteri Sekretaris Negara AS membuat pasar akan memanas kembali, karena Tillerson adalah orang yang tidak ingin merubah kebijakan luar negeri AS seperti masalah embargo di Iran dan Venezuela. Penggantinya adalah Mike Pompeo yang merupakan salah satu pencetus bagi penghadangan program nuklir Iran dan embargo ke Venezuela.

Kondisi politik ini sangat dirisaukan investor minyak karena dapat diperkirakan bahwa embargo minyak Iran dan Venezuela akan berlanjut kembali sehingga situasi tidak kondusif tersebut bisa merusak peta pasar minyak yang sebetulnya sudah dinamis kenaikannya.

Sebelumnya Iran sudah menyatakan bahwa sejak Juni nanti, produksi minyaknya akan dibatasi sebagai ketentuan menjadi anggota OPEC dan untuk pertama kalinya diikuti oleh Iran sejak OPEC membatasi paoskannya pada awal 2017 lalu. Namun sayang dengan penggantian Tillerson tersebut, maka akan membuat pembatasan tersebut bisa lebih besar angkanya.

Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC