JAVAFX – Produksi minyak Arab Saudi menurun dukung harga minyak membaik pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini dengan masih terdapat bayang-bayang tingginya pasokan dan rendahnya konsumsi global masih membatasi perbaikan harga lebih lanjut.
Faktor akan kelebihan pasokan minyak pernah menjadi penyebab harga minyak disikapi negatif oleh pasar. Dalam laporan sebelumnya, OPEC menjelaskan bahwa di bulan Juli lalu, telah mengalami kenaikan produksi sekitar 70 ribu bph menjadi 32,64 juta bph, tertinggi selama 2018 ini. Selain itu persediaan minyak AS terlihat akan mengalami kenaikan. Hal yang sama juga dilakukan oleh Rusia, di mana bulan lalu, produksi mereka lebih besar 150 ribu bph lebih banyak daripada kesepakatan awal dengan OPEC sebagai jawaban dari keinginan Presiden Trump agar harga minyak dunia tidak terlalu tinggi yaitu dengan memperbesar pasokannya.
Namun secara mengejutkan, pekan lalu memasuki pekan kedua Baker Hughes mengumumkan penutupan kilang minyaknya atau rig di mana terdapat 2 rig yang ditutup di pekan lalu karena turunnya permintaan konsumsi dan kesepakatan lindung nilai telah membuat harga minyak turun dan menjadikan biaya produksi naik sehingga membatasi gerak investasi perusahaan minyak AS.
Arab Saudi sudah mengirimkan minyak melalui pelabuhan minyak di Laut Merah Bab al-Mandeb akhir pekan lalu setelah dalam sepekan sebelumnya, pengiriman tanker minyak Arab melalui pelabuhan tersebut ditutup karena serangan militer Yaman membuat rasa aman dipertanyakan.
Sdlain itu secara mengejutkan juga perbaikan harga minyak di awal pekan ini didukung oleh produksi minyak Arab Saudi yang mengalami penurunan di bulan lalu, sebesar 200 ribu bph menjadi 10,29 juta bph. Mengejutkan memang karena sebelumnya Arab Saudi bersama Rusia sudah sepakat akan menaikkan produksinya karena berdasar permintaan dari Presiden Trump agar harga minyak tidak terlalu tinggi sehingga OPEC dan Rusia diharapkan menaikkan produksinya.
Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,27 atau 0,39% di level $68,76 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Oktober di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,20 atau 0,27% di harga $73,41 per barel.
Sebelumnya harga minyak sempat mengalami tekanan setelah investor melihat hasil pertemuan puncak pemimpin dunia dan bank sentral G20 di Buenos Aires Argentina yang menyimpulkan bahwa pertikaian geopolitik baik antara AS dengan masalah tarifnya maupun masalah nuklir Iran, akan menurunkan kemampuan seluruh dunia untuk tumbuh ekonominya sehingga dengan akan turunnya pertumbuhan ekonomi global maka permintaan akan minyak juga akan mengalami penurunan.
Iran sendiri melaporkan bahwa bulan lalu sekitar 3,5 juta bph telah berhasil di ekspornya. Ini merupakan ekspor terbesarnya di tahun ini. Begitu pula Brazil juga melaporkan telah terjadi kenaikan 3 kali lipat ekspornya di Juni lalu dan total lebih besar 50% dibandingkan dengan produksi tahun lalu.
Tampaknya kekhawatiran G20 cukup beralasan, dimana IMF atau Dana Moneter Internasional sendiri sudah memberikan peringatan beberapa kali kepada investor, bahwa dalam jangka menengah nanti, kondisi pertumbuhan ekonomi global akan menurun akibat dari perang tarif tersebut. Data pengiriman kapal peti kemas tercatat bulan lalu mengalami penurunan sekitar 11% akibat meningkatnya perang tarif. Pertanyaan besar muncul ketika masalah perang dagang akan terus menghantui jumlah konsumsi minyak global.
Perbaikan harga minyak juga tidak besar karena ada perkiraan akibat perang dagang. Kondisi perang dagang memang belum usai, di mana kondisi ini tidak bersahabat bagi harga minyak karena dapat dipastikan pertumbuhan ekonomi dunia akan menurun sehingga permintaan konsumsi minyak juga akan merendah, sedang OPEC sudah berusaha menaikkan pasokannya lagi. Trump sedang mempersiapkan tarif tambahan sebesar 25% bagi produk impor China.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi