Protes dan unjuk rasa tidak akan menghentikan reformasi sistem pensiun atau perubahan sistem lainnya, tegas Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Kamis sebelum merilis sebuah rencana mencegah krisis air pada musim panas kali ini dan selanjutnya.
Rencana tersebut terdiri atas 50 langkah dan memiliki cakupan luas mengenai tata cara penggunaan kembali air, pembagian air, dan pencegahan kebocoran.
Melalui rencana penanganan itu, Macron dan pemerintahnya berusaha beralih dari rencana reformasi sistem pensiun yang telah memicu protes besar di seantero Prancis selama dua bulan terakhir.
Namun, kunjungannya ke Komune Savines-le-Lac di daerah Hautes-Alpes, di mana ia akan menyampaikan pidatonya, disambut sekelompok pengunjuk rasa yang memprotes undang-undang reformasi sistem pensiun.
Salah satu plakat yang dibentangkan pengunjuk rasa tertulis “Macron mundur!”, sementara plakat lainnya tertulis “Ambil saja pensiunmu, jangan yang kami punya”.
Media setempat menyebut dua pengunjuk rasa ditahan menyusul aksi tersebut.
Selain reformasi sistem pensiun, urusan air juga merupakan persoalan yang kontroversial di negara tersebut.
Dua pria jatuh koma menyusul bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi pada Sabtu (25/3) dalam sebuah demonstrasi tak berizin untuk menentang pembangunan sebuah waduk air untuk irigasi pertanian di bagian barat Prancis.
Kekeringan terburuk yang dialami Prancis musim panas lalu semakin mempertajam perdebatan mengenai sumber daya air di negara produsen agrikultur terbesar Uni Eropa tersebut.
Para petani menyatakan mereka memerlukan waduk-waduk besar supaya tetap bisa mengairi ladang mereka pada musim panas, sementara kelompok lingkungan menolaknya.
Kelompok-kelompok lingkungan menganggap hal tersebut merupakan tindakan menyia-nyiakan air dan salah satu cara para petani merebut sumber daya yang merupakan kebaikan bersama.
“Unjuk rasa memang normal, tapi bukan berarti kita harus berhenti,” kata Macron.
“Tidak ada yang membenarkan kekerasan di masyarakat demokratis,” tegasnya.