Presiden Iran Ebrahim Raisi, pada Minggu (29/10), mengatakan pemboman Israel yang terus berlangsung di Gaza “akan memaksa semua orang” bertindak dalam peringatan terbaru yang dikeluarkan Iran sejak dimulainya konflik Israel-Hamas.
Israel menggempur wilayah Palestina sejak kelompok bersenjata Hamas menyerbu perbatasannya pada 7 Oktober lalu.
Serangan itu menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, kata para pejabat Israel.
Sejak itu, sudah lebih dari 8.000 orang tewas terbunuh di Gaza.
Setengah dari mereka adalah anak-anak, menurut kementerian kesehatan di daerah kantong yang dikelola Hamas, yang merupakan wilayah miskin yang menampung 2,4 juta orang.
“Kejahatan rezim Zionis telah melampaui batas.
Ini mungkin akan memaksa semua orang mengambil tindakan,” kata Raisi di paltform X, yang sebelumnya dikenal dengan nama Twitter.
“Washington meminta kita untuk tidak melakukan apa pun, tetapi mereka terus memberi dukungan yang luas kepada Israel,” ujarnya.
“Amerika Serikat mengirim pesan ke Poros Perlawanan tetapi menerima respons yang jelas di medan perang,” tulisnya.
Ia menggunakan istilah yang sering digunakan pejabat-pejabat Iran untuk merujuk pada Republik Islam itu dan sekutunya seperti Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, dan pasukan Syiah lainnya di Irak dan Suriah.
Meskipun tidak jelas apa yang ia maksud, telah terjadi rangkaian serangan terhadap pasukan Amerika Serikat di Irak dan Suriah.
Baku tembak antara Hizbullah dan pasukan Israel di perbatasan Lebanon juga meningkat sejak konflik Gaza dimulai.
Iran, yang mendukung Hamas secara finansial dan militer, memuji serangan 7 Oktober itu sebagai keberhasilan.
Tetapi, mereka bersikeras bahwa mereka tidak terlibat serangan, di mana 230 orang juga disandera, menurut pihak berwenang Israel.
“Iran menganggap adalah kewajibannya mendukung kelompok perlawanan, tetapi kelompok perlawanan itu bebas menyatakan pendapat, membuat keputusan, dan bertindak,” kata presiden Iran dalam wawancara dengan statsiun televisi Al Jazeera, pada Sabtu (28/10), menurut kutipan yang dirilis kantor berita negara itu, IRNA.
“Amerika Serikat tahu betul kemampuan kita saat ini dan tahu bahwa itu tidak mungkin diatasi,” katanya.