Presiden Guinea-Bissau Umaro Sissoco Embalo pada Kamis (10/2) mengungkapkan bahwa tiga orang yang sebelumnya ditangkap otoritas Amerika Serikat dalam kasus perdagangan narkoba menjadi dalang di balik upaya kudeta pekan lalu.
Mantan laksamana angkatan laut Bubo Na Tchuto beserta ajudannya, Tchamy Yala dan Papis Djeme, ditangkap pada 2013 di sebuah kapal pesiar mewah di lepas pantai Afrika Barat dalam kasus narkoba tingkat tinggi di AS.
Mereka ditangkap lantaran bersekongkol untuk menyelundupkan kokaina ke AS.
Ketiganya mengaku bersalah telah melakukan konspirasi dan kemudian dibebaskan usai menjalani masa hukuman.
Presiden Embalo sedang memimpin rapat kabinet pada 1 Februari tatkala sekelompok pria bersenjata menyerbu kompleks pemerintah, yang disebutnya sebagai upaya pembunuhan berencana yang terorganisasi dengan baik.
Sebanyak 11 orang tewas, mayoritas tim keamanan pemerintah, dalam peristiwa itu.
Di hadapan awak media Embalo mengaku telah melihat Yala dan Djeme di istana negara selama upaya kudeta dan bahwa Na Tchuto tidak ada pada saat itu, namun ia terlibat dalam rencana tersebut.
“Selama kudeta, saya melihat mereka.
Saya melihatnya dengan mata saya sendiri.
Mereka ingin melakukan kudeta dan membunuh saya, perdana menteri dan seluruh pemerintah,” kata Embalo.
“Begitu tembakan dilepaskan ke arah istana negara, Bubo berada di markas besar Korps Marinir …
dan saya mendengar para pelaku mengatakan kami akan meneleponnya untuk mengirimi kami bala bantuan.” Presiden juga mengungkapkan bahwa di antara orang-orang yang terlibat, ada orang yang sama yang membunuh mantan presiden Joao Bernardo Vieira pada 2009.
Pemberontak dari wilayah Casamance Senegal juga terlibat, kata presiden menambahkan.
Guinea-Bissau telah mengalami sekitar 10 kali kudeta, baik yang berhasil maupun gagal, sejak merebut kemerdekaan dari Portugal pada 1974.
Negara itu menjadi titik transit utama bagi kokaina Amerika Latin tujuan Eropa.