Prancis mulai vaksinasi flu burung

0
72
Healthcare cure concept with a hand in blue medical gloves holding Coronavirus, Covid 19 virus, vaccine vial

Otoritas Prancis mulai memvaksin bebek untuk flu burung pada Senin untuk mencoba membendung virus yang membunuh jutaan unggas di seluruh dunia, sebuah langkah yang membuat AS menerapkan pembatasan impor produk unggas dari Prancis.

Prancis merupakan salah satu negara paling terdampak oleh penyebaran cepat yang tidak terduga avian influenza dan sangat menular, yang umum disebut flu burung, dan mengganggu suplai daging unggas dan telur serta memicu kenaikan harga di berbagai kawasan di dunia dalam beberapa tahun terakhir.

Serangan yang luas pada kawanan unggas serta kekhawatiran adanya mutasi virus menjadi dapat menular ke manusia menyebabkan pemerintah meluncurkan kampanye vaksinasi seluruh Prancis, membuat mereka menjadi negara eksportir unggas pertama yang melakukan hal tersebut.

Suntikan pertama diberikan pada Senin pagi kepada bebek di peternakan di Landes, kawasan barat daya Prancis, dihadiri oleh Menteri Pertanian Prancis Marc Fesneau.

Secara total, sekitar 64 juta bebek akan divaksinasi dalam kurun waktu setahun dengan biaya sebesar 96 juta euro (sekitar Rp1,57 triliun) di mana 85 persen akan ditanggung oleh negara, menurut produsen unggas.

“Rencana vaksinasi ini..

merupakan yang pertama di dunia, tujuannya untuk melindungi seluruh burung yang diternakkan dan bisa menghentikan pemusnahan unggas untuk tindakan preventif, hal yang tidak ingin dilakukan lagi oleh semua orang,” kata kelompok produsen daging bebek dan hati angsa CIFOG dalam sebuah pernyataan.

Lebih lanjut, pemerintah melihat vaksinasi sebagai cara untuk menahan flu burung yang sangat menular.

Meski demikian, hambatan perdagangan yang disebabkan oleh vaksinasi telah membuat eksportir unggas besar enggan melakukan vaksinasi pada unggas mereka.

Amerika Serikat memberlakukan pembatasan impor unggas Perancis mulai 1 Oktober, dengan alasan adanya risiko masuknya virus ke negara tersebut.

Unggas yang telah divaksin tidak selalu menunjukkan tanda infeksi, yang berarti akan sulit untuk menentukan apakah ada virus di kawanan, kata Departemen Pertanian AS (USDA) pada Jumat.