Emas kembali mendapatkan momentum kenaikan untuk hari ketiga berturut-turut pada hari Senin, meski masih gagal mendekati level 1.930 dengan dukungan dari sentimen yang lemah di pasar ekuitas Asia. Logam mulia ini masih memiliki potensi untuk melanjutkan rebound nya setelah menguat dari level di bawah 1.900.
Langkah-langkah stimulus dan data ekonomi Tiongkok yang melampaui perkiraan minggu lalu mengindikasikan bahwa kontraksi ekonomi terbesar kedua di dunia ini telah mencapai puncaknya, yang mendukung kenaikan harga emas. Data ekonomi positif dari Tiongkok telah mendorong harga emas, terutama karena Tiongkok merupakan konsumen emas terbesar di dunia.
Biro Statistik Nasional (NBS) melaporkan pada hari Jumat bahwa Penjualan Ritel China untuk bulan Agustus meningkat sebesar 4,6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, melampaui ekspektasi pasar yang sebelumnya hanya mencapai 2,5%. Sementara itu, Produksi Industri di negara tersebut naik menjadi 4,5% pada bulan Agustus dari 3,7% pada bulan Juli, melebihi harapan pasar sebesar 3,9%.
Namun, kekhawatiran masih meliputi para investor terkait memburuknya kondisi ekonomi Tiongkok yang dipicu oleh masalah China Evergrande Group. Pengembang properti yang sedang menghadapi kesulitan ini menunda restrukturisasi hutangnya dan beberapa karyawannya dari unit aset manajemen ditahan di Shenzhen. Hal ini terjadi dalam konteks pendekatan yang lebih konservatif dari Tiongkok terhadap langkah-langkah stimulus, dan dampaknya terasa pada sentimen risiko global. Hal ini, pada gilirannya, mendorong sebagian aliran ke aset safe haven seperti emas.
Selain itu, pelemahan sentimen pasar terhadap dolar AS juga mendukung kenaikan XAUUSD. Namun, penurunan dolar AS diperkirakan hanya bersifat sementara karena pelaku pasar tampaknya enggan untuk masuk pasar secara agresif menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) selama dua hari yang dimulai pada hari Selasa. Federal Reserve (Fed) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah, meskipun pasar juga mengantisipasi kemungkinan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan November atau Desember.
Selama seminggu terakhir, data ekonomi utama dari Amerika Serikat (AS) secara konsisten menunjukkan kondisi ekonomi yang kuat. Indikator ekonomi yang kuat ini memperkuat kemungkinan Bank Sentral AS (Federal Reserve) untuk mengejar kenaikan suku bunga lebih lanjut pada akhir tahun 2023.
Data seperti Indeks Harga Konsumen AS, sebuah ukuran inflasi, telah melampaui perkiraan pasar. Penjualan Ritel dan klaim pengangguran untuk bulan yang sama juga menunjukkan hasil positif, mengindikasikan prospek ekonomi yang cerah bagi Amerika Serikat.
Namun, proyeksi kenaikan suku bunga ini masih mendukung kenaikan yield obligasi pemerintah AS, yang dapat menguatkan dolar AS dan mungkin membatasi potensi kenaikan harga emas. Para trader mungkin akan menahan diri untuk tidak masuk pasar secara agresif dan lebih suka menunggu isyarat lebih lanjut mengenai jalur kenaikan suku bunga Fed di masa mendatang.
Oleh karena itu, perhatian akan tertuju pada pernyataan kebijakan moneter dan konferensi pers dari Ketua Fed Jerome Powell pasca pertemuan tersebut, karena hal ini akan memengaruhi pergerakan dolar AS dan memberikan arah baru bagi harga emas yang dinyatakan dalam dolar AS.