Pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington untuk mematahkan kebuntuan dalam upaya menyelamatkan Perjanjian Nuklir Iran tahun 2015 berakhir tanpa ada kemajuan berarti.
Dalam pembicaraan yang berlangsung di Doha, Qatar, itu, utusan Uni Eropa untuk perundingan tersebut Enrique Mora mencuit, pada Rabu (29/6), bahwa pembicaraan tidak menghasilkan kemajuan “seperti yang diharapkan oleh koordinator tim Uni Eropa.” “Kami akan terus bekerja dengan urgensi yang lebih besar guna memulihkan persetujuan utama untuk nonproliferasi dan stabilitas kawasan,” kata Mora.
Pembicaraan tersebut dimulai pada Selasa (28/6) dan Mora berperan sebagai koordinator di mana ia berpindah dari satu ruangan ke ruangan yang lain untuk menjembatani pembicaraan antara utusan dari Iran Bagheri Kani dan utusan khusus Amerika Serikat untuk masalah Iran, Rob Malley, yang berada di ruangan terpisah.
“Yang mencegah perundingan ini mencapai hasil adalah keinginan AS agar draft yang mereka usulkan dalam (pembicaraan di) Wina itu tidak mengikutsertakan jaminan untuk manfaat ekonomi Iran,” ujar kantor berita Iran Tasnim, mengutip sumber dari pihak yang terlibat pembicaraan.
Mantan presiden Donald Trump membatalkan Perjanjian Nuklir Iran pada 2018 dan memberlakukan kembali sanksi yang melumpuhkan ekonomi Iran.
Setahun kemudian, Teheran secara bertahap melampaui batas-batas nuklir yang disetujui dalam perjanjian tersebut.
Pembicaraan untuk menghidupkan kembali Perjanjian Nuklir tersebut telah berlangsung lebih dari 11 bulan, melibatkan Teheran dan negara-negara kekuatan besar.
Perundingan sempat mencapai titik terang pada Maret lalu namun kembali menemui kebuntuan akibat desakan Teheran agar Korps Garda Revolusioner, pasukan keamanan elit Iran, dihapus dari daftar Organisasi Teroris Asing AS (FTO).