Perundingan AS – China Berakhir Mulus, Harga Emas Tetap Naik

0
87

JAVAFX – Harga emas ditutup naik untuk kedua kalinya secara berturut-turut di hari Jumat (10/05/2019). Meskipun perundingan AS – China berakhir mulus, namun doronga kenaikan harga didapat dari keputusan AS yang tetap meningkatkan tarif impor $ 200 miliar atas produk China. Hal ini menjadi langkah untuk untuk mempertahankan tekanan jual di pasar global yang lebih berisiko dan menguntungkan aset safe haven, Emas.

Harga emas untuk kontrak pengiriman bulan Juni naik $ 2,20, atau 0,2%, menetap di $ 1,287.40 per troy ons. Logam mulia menandai kenaikan kelima kalinya dalam enam sesi terakhir. Dalam sepekan, harga naik 0,5%.

AS tetap menaikkan pajak impor untuk barang-barang tertentu dari 10% menjadi 25%, karena pemerintah mengklaim Cina telah mengingkari komitmen yang dibuat dalam pembicaraan sebelumnya. Sebaliknya, China juga mengancam akan membalas dengan tarif terbaru yang diberlakukan A.S, Meski saling melempar ancaman, kedua negara terus melakukan perundingan di hari Jumat.

Keputusan ini memunculkan kekhawatiran dikalangan pelaku pasar. Hal ini membuat logam  mulia bisa kembali ke zona hijau dalam minggu, setelah minggu sebelumnya turun dari harga tertingginya di tahun ini pada 20 Februari di $ 1,346.80. Hasil perdagangan minggu ini, merupakan kenaikan kedua yang terjadi dalam tujuh minggu terakhir.

Para pelaku pasar menilai, harga emas masih berpotensi naik lebih lanjut, terlebih jika perundingan lanjutan antara AS – dan China menemui hambatan. Sebaliknya, jika gencatan senjata tarif baru dapat diperoleh, akan menjadi sentiment negatif bagi pasar emas dan mendukung kenaikan pasar saham.

Selain itu, spekulasi lanjutan atas kebijakan the Federal Reserve terkait suku bunga AS masih tetap menjadi faktor penggerak harga. Meskipun risalah The Fed baru-baru ini menyatakan bahwa penurunan suku bunganya tidak akan tercapai setidaknya di tahun 2019 ini.

Sebuah survei dari The Wall Street Journal di hari Kamis menemukan bahwa penurunan suku bunga AS masih diyakini lebih mungkin daripada kenaikan karena langkah Fed berikutnya. Kebijakan moneter yang lebih mudah kemungkinan akan menguntungkan emas sebagai mata uang komoditas hibrida.

Sementara itu, data ekonomi AS terkini yang menunjukkan angka CPI AS hari ini “akan memandu harapan para pedagang dan pembuat kebijakan. Kenaikan harga sewa dan biaya gas yang lebih tinggi pada bulan April berkontribusi pada peningkatan inflasi yang cukup besar untuk bulan kedua berturut-turut, tetapi tekanan harga secara lebih luas tampaknya menimbulkan sedikit ancaman bagi ekonomi AS. Indeks harga konsumen naik 0,3% pada bulan April, kata pemerintah Jumat.

Mengkomentari pertumbuhan inflasi ini, Gubernur Bank Sentral AS wilayah New York John Williams mengatakan pembacaan inflasi inti baru-baru ini “adalah sentuhan yang terlalu rendah,” tetapi sejauh ini “tampaknya sebagian besar mencerminkan volatilitas normal” dalam statistik. Dia mengatakan bahwa kebijakan moneter saat ini “berada di tempat yang tepat.”

Untuk saat ini, para investor nampak kembali melakukan aksi beli atas emas didorong kebutuhan untuk lindung nilai. Kenaikan tariff yang dilakukan oleh Pemerintahan Donald Trump membayangi prospek ekonomi global di masa depan. Tak heran bila kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi ini berimbas pada penurunan Indek saham dimana hasil perdagangan di hari Jumat berakhir turun tajam, menuju tingkat pengembalian mingguan terburuk sepanjang tahun ini.

Ekonomi global memang rapuh saat ini, dengan bayang-bayang perlambatan pertumbuhan global. Langkah terbaru Trump dapat mempercepat penurunan dan investor ingin dilindungi dari ini. Tak heran bisa harga emas masih menyimpan potensi kenaiakan harga diatas $ 1.300 kembali di sesi mendatang.

Saat ini, Dolar AS mengalami sedikit koreksi, dimanan Indek Dolar AS turun 0,2%, membantu mengangkat permintaan untuk emas oleh investor yang menggunakan denominasi mata uang selain dolar AS.

Namun dalam sebuah catatan pada hari Jumat, Oliver Allen, asisten ekonom di Capital Economics, mengatakan “gangguan total dalam pembicaraan perdagangan AS-Cina tidak diragukan lagi akan menjadi negatif lebih lanjut untuk harga sebagian besar logam industri.” Namun, Capital Economics sudah “diharapkan” ekonomi global yang lemah, dan pertumbuhan yang lemah di China khususnya, untuk mengirim sebagian besar harga logam [industri] tahun ini, ”terlepas dari kenaikan tarif terbaru, katanya. (WK)