JAVAFX – Harga emas berakhir naik dalam perdagangan hari Selasa (18/06/2019) ditutup pada harga tertinggi dalam 14 bulan ini. Pernyataan dari Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi dipandang sebagai panggung untuk menurunkan suku bunga. Komentar Draghi datang menjelang pernyataan kebijakan moneter Federal Reserve AS yang akan dirilis Rabu nanti.
Pun demikian, peluang penurunan suku bunga pada bulan ini lebih kecil dibandingkan pada bulan yang akan datang. Meski demikian, tidak ada alasan bagi pasar obligasi AS untuk reli paska goyah di hari Rabu atau dalam waktu dekat ini. Harapan ini sebagai cerminan dari adanya ekspektasi bahwa ekonomi AS dan sejumlah negara maju lainnya akan melambat. Imbal hasil obligasi dan suku bunga yang lebih rendah bisa menjadi berita baik untuk ekuitas serta komoditas yang tidak menawarkan aset hasil seperti emas.
Harga emas untuk kontrak pengiriman bulan Agustus naik $ 7,80, atau 0,6%, ke $ 1,350.70, ini merupakan penyelesaian kontrak teraktif-tertinggi sejak 18 April 2018.
Dalam sebuah konferensi tahunan di Sintra, Portugis, Presiden ECB Mario Draghi mengatakan bahwa ECB dapat meluncurkan stimulus baru segera setelah pertemuan kebijakan berikutnya pada bulan Juli. Atas pernyataan ini, dolar AS bergerak lebih rendah terhadap euro dan mendorong sebagian besar tolok ukur ekuitas utama. Investor telah bertaruh bahwa bank sentral akan melonggarkan kebijakan moneter dalam menghadapi inflasi yang sangat rendah, dan perlambatan ekonomi global yang diperburuk oleh pertarungan tarif antara AS dan negara-negara lain.
Menurut Stephen Innes dari Vanguard, “Prinsip kritis dari prospek emas bullish kami adalah ‘Doves to the Rescue’, mengacu pada paduan suara bank sentral yang berada di ambang sinyal kebijakan moneter yang lebih longgar sementara risiko perdagangan dan geopolitik tetap menarik dan terus meningkat. Ditambahkan olehnya bahwa jika the Fed keluar mendekati dovish karena pasar melemah, emas akan terus bergerak lebih tinggi di jalan beraspal dengan emas batangan berkilauan, katanya.
Sejumlah sinyalemen terkini menunjukkan bahwa bank sentral dapat mendukung penurunan suku bunga yang mendorong imbal hasil utang global bergerak lebih rendah. Hal ini menjadi sentiment bullish untuk emas. Imbal hasil Obligasi AS untuk tenor 10-tahun misalnya, mengalami penurunan ke level terendah dalam 21 bulan.
Faktor-faktor itu membantu harga emas naik, bahkan ketika Indek Dow Jones, S&P 500, Nasdaq dan Indek Stoxx Europe 600 bergerak naik semua, harga emas tetap melaju naik. Suatu kondisi yang jarang terjadi mengingat dalam hubungan tradisional, pergerakan harga emas akan berbanding terbalik dengan bursa saham. Sebagai konsekuensi posisi emas sebagai aset safe haven sementara saham dianggap sebagai aset yang lebih beresiko.
Ketidakpastian tentang ekonomi global dan konflik perdagangan telah membantu mendorong selera investor untuk memilih logam mulia. Namun pada hari Selasa, Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan kemajuan dalam pembicaraan perdagangan dengan China. Hal ini bisa meredam laju kenaikan harga emas saat ini. (WK)