JAVAFX – Dolar AS diperdagangkan menguat sepanjang minggu ini dan menuju rekor kenaikan mingguan terbesar sejak krisis keuangan tahun 2008, karena pandemic coronavirus mendorong investor untuk mencairkan aset mereka dalam bentuk uang dolar.
Dalam perdagangan yang fluktuatif di sesi Asia hari Jumat, poundsterling Inggris sempat jatuh kembali ke level yang lebih rendah di $1.14140. Sementara Aussie dan Kiwi bergerak melawan dolar karena didukung harga komoditas minyak yang rebound.
Dolar naik 0,5% terhadap yen ke level tertinggi sebulan 111,30 yen. Likuiditas yang tipis telah berkurang lebih lanjut oleh hari libur umum Jepang, memperburuk pergerakan tajam.
“Pasar dunia masih sangat, sangat gugup,” kata analis Westpac FX Imre Speizer. “Orang-orang berebut (uang tunai) dengan cara apa pun yang mereka bisa,” katanya. Pandemi virus korona dan langkah-langkah karantina yang kejam untuk memperlambat penyebarannya membuat perdagangan global hampir terhenti, menghentikan permintaan riil yang besar akan dolar yang dipinjam sehingga bisnis yang menganggur dapat menutup biaya.
Pada saat yang sama, pedagang mata uang menginginkan posisi dolar dan investor membutuhkan uang tunai untuk menutupi kerugian di pasar saham, dan melikuidasi segala sesuatu dari emas hingga obligasi untuk mendapatkan dolar.
Dolar greenback telah naik 4,5% terhadap sekeranjang mata uang minggu ini sejauh ini, mencatat kenaikan mingguan yang terbaik sejak 2008.
Ini juga di jalur untuk kenaikan mingguan terbesar pada euro dalam hampir satu dekade dan minggu terbaik di sebagian besar mata uang utama lain sejak kedalaman krisis pada tahun 2008. Dolar AS juga telah mencatatkan penguatan 30% terhadap dolar Australia pada sepanjang tahun ini.