Perbaharui Hubungan dengan Saudi, Biden Dukung Keamanan Israel dari Ancaman Iran

0
65

Presiden Joe Biden, Jumat (15/7), bertemu Raja Arab Saudi, Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman di Jeddah untuk meningkatkan keamanan Israel terhadap ancaman Iran dan menegaskan kembali pengaruh AS di Timur Tengah.

Upaya Biden ini melibatkan kerajaan dengan catatan hak asasi manusianya yang buruk yang dikecamnya di masa lalu.

“Kita tidak akan meninggalkan kekosongan di Timur Tengah untuk diisi oleh Rusia atau China,” kata Biden kepada wartawan setelah pertemuannya dengan para pemimpin Saudi itu.

“Dan kita mendapatkan hasil.” Biden terbang langsung ke Jeddah dari Tel Aviv, hanya beberapa jam setelah kerajaan itu mengumumkan pembukaan wilayah udaranya, yang secara efektif mengakhiri larangan negara itu pada penerbangan ke dan dari Israel.

Sikap Riyadh itu adalah bagian dari menghangatnya hubungan yang lebih luas antara Israel dan dunia Arab saat mereka bersekutu melawan Teheran.

“Itu adalah masalah besar” kata Biden.

“Tidak hanya secara simbolis tetapi secara substantif, ini adalah masalah besar,” kata Biden, seraya menambahkan bahwa ia berharap langkah itu pada akhirnya akan mengarah pada normalisasi yang lebih luas dari hubungan Saudi-Israel.

Kedua negara saat ini tidak saling mengakui.

Biden menyambut baik perpanjangan gencatan senjata yang dimediasi PBB selama hampir 4 bulan di Yaman, dan komitmen Riyadh untuk mencapai penyelesaian konflik yang lebih luas yang dimulai pada akhir 2014.

Perang proksi antara koalisi yang dipimpin Saudi dan Milisi Houthi yang didukung Teheran telah mengubah Yaman menjadi tempat kelompok jihad berkembang biak dan telah menewaskan 300.000 orang lebih.

“Kita membahas kebutuhan keamanan Arab Saudi untuk mempertahankan kerajaan, mengingat ancaman yang sangat nyata dari Iran dan proksi Iran,” kata Biden.

Biden juga mengumumkan penarikan pasukan penjaga perdamaian multinasional dari Pulau Tiran di Laut Merah, yang secara efektif mengembalikan kendalinya ke Riyadh dalam perjanjian yang difasilitasi Washington di antara Arab Saudi, Mesir, dan Israel.

Ia menyebutnya sebagai kesepakatan bersejarah yang mengubah titik rawan gejolak “di jantung perang Timur Tengah menjadi wilayah damai.”