JAVAFX – Perang dagang tertunda, harga minyak menguat kembali pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini setelah investor melihat potensi pasokan minyak dunia semakin ketat diiringi permintaan konsumsi yang juga terus tinggi.
Harga Brent terus menujukkan angka yang fantastis dan terus berusaha menggapai level $80 per barel dalam waktu dekat di mana Goldman Sachs mempunyai perkiraan bahwa harga minyak jenis Brent di akhir tahun ini bisa mencapai angka $90 per barel. Kondisi ini disebabkan oleh banyak faktor di mana pasokan minyak dari Iran dan Venezuela akan terus turun, diiringi pula produksi OPEC yang masih terus terbatas hingga akhir tahun ini serta akan berakhirnya perang dagang AS dengan China di mana terdapat salah satu klausul peningkatan impor minyak China dari AS.
Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Juni di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,55 atau 0,77% di level $71,83 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Juni di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,58 atau 0,74% di harga $79,09 per barel.
Perang dagang memang sempat membuat pasar minyak gundah gulana karena bisa mengurangi konsumsi terhadap minyak khususnya di Asia dan produksi minyak AS sendiri akan berlebihan sehingga harga minyak dunia akan mengalami tekanan.
Sejak tahun 2014, harga minyak $80 per barel memang tidak pernah terlihat dan sejak saat itu harga minyak sudah naik lebih dari 70% di mana kenaikan ini membuat negara-negara konsumen minyak Asia harus merogoh belanja yang lebih besar sekitar $1 trilyun per tahunnya, atau 2 kali lipat dari pada belanja di tahun 2015/2016 lalu.
Namun harga minyak WTI tidak terlalu besar penguatannya sehingga hal ini telah membuat spread atau jarak harga antara minyak WTI dengan Brent masih melebar lebih sekitar $8 per barelnya, terbesar sejak Desember tahun silam dan ANZ menyatakan bahwa minyak Brent akan segera berada di atas level $80 per barelnya.
Akhir pekan lalu, Baker Hughes melaporkan bahwa jumlah kilang minyak yang diaktifkan masih tetap berjumlah 844 buah. Ini juga sebagai pertanda bahwa produksi minyak AS masih sekitar 10,74 juta bph seperti laporan EIA pekan sebelumnya. Tentunya ini berarti bahwa produksi minyak AS masih akan naik di pekan depan.
Sejauh ini produksi minyak AS sudah naik 27% dibanding 2 tahun lalu, namun Energy Information Administration menyatakan pekan lalu bahwa persediaan minyak pemerintah AS mengalami penurunan sebesar 1,4 juta barel, padahal memperkirakan akan ada kenaikan persediaan sebesar 763 ribu barel. Kondisi ini tentu membuat investor akan berebut mendapatkan minyak.
Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC