Perjuangan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), dalam meredam laju inflasi yang tinggi tampaknya akan lebih panjang dari perkiraan. Presiden Federal Reserve Richmond, Thomas Barkin, mengungkapkan kekhawatirannya bahwa tekanan inflasi yang masih berlanjut dapat membatasi ruang gerak The Fed dalam menurunkan suku bunga.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Barkin menyatakan dukungannya terhadap keputusan The Fed untuk memangkas suku bunga sebesar setengah poin pada pertemuan sebelumnya. Ia juga membuka kemungkinan penurunan setengah poin lagi pada akhir tahun ini. Namun, ia menekankan bahwa potensi tekanan inflasi yang berkelanjutan pada tahun depan dapat menghambat langkah-langkah pelonggaran moneter lebih lanjut.
Barkin khawatir bahwa inflasi yang persisten dapat mencegah The Fed mencapai tingkat suku bunga “netral” yang diharapkan para pembuat kebijakan. Tingkat suku bunga netral adalah tingkat di mana kebijakan moneter dianggap tidak terlalu merangsang atau menghambat ekonomi.
“Saya lebih mengkhawatirkan inflasi daripada pasar tenaga kerja,” ujar Barkin. Ia melihat adanya peningkatan permintaan yang kuat di tengah ketatnya pasar tenaga kerja, kondisi yang dapat memperpanjang periode inflasi tinggi.
“Saya tidak berbicara tentang kebangkitan besar inflasi,” tambahnya, “Namun, saya rasa terjebak dalam situasi di mana inflasi sulit diturunkan adalah risiko yang sangat nyata.”
The Fed telah memangkas suku bunga acuan menjadi kisaran 4,75% hingga 5,0% pada pertemuan terakhir. Proyeksi terbaru menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan memperkirakan suku bunga akan terus turun hingga tahun 2026, mencapai tingkat sekitar 2,9%.
Barkin menilai bahwa penurunan suku bunga sebesar seperempat poin pada pertemuan November mendatang merupakan langkah yang masuk akal jika data ekonomi menunjukkan stabilitas tingkat pengangguran dan inflasi. Namun, ia tetap waspada terhadap risiko peningkatan pengangguran di masa depan.
Pernyataan Barkin mencerminkan dilema yang dihadapi oleh para pembuat kebijakan di seluruh dunia. Di satu sisi, mereka harus meredam inflasi yang dapat menggerogoti daya beli masyarakat dan mengganggu stabilitas ekonomi. Di sisi lain, mereka juga harus menjaga pertumbuhan ekonomi agar tetap berkelanjutan.
Ketidakpastian mengenai laju inflasi di masa depan membuat The Fed harus bergerak dengan hati-hati. Keputusan kebijakan moneter yang terlalu agresif dapat memicu resesi, sementara kebijakan yang terlalu longgar dapat memperpanjang periode inflasi tinggi.
Ketidakpastian mengenai kebijakan moneter The Fed dapat menyebabkan volatilitas di pasar keuangan global. Perubahan suku bunga akan berdampak pada biaya pinjaman bagi konsumen dan bisnis. Namun, kebijakan moneter yang ketat dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, sementara kebijakan yang terlalu longgar dapat memicu inflasi.
Pernyataan Barkin menunjukkan bahwa perjalanan menuju normalisasi kebijakan moneter masih panjang dan penuh tantangan. Investor dan pelaku ekonomi perlu terus memantau perkembangan terbaru dan bersiap menghadapi potensi perubahan kebijakan moneter di masa mendatang.