Harga minyak tergelincir untuk sesi kedua berturut-turut pada Kamis, setelah stok bensin AS yang lebih tinggi memicu kekhawatiran permintaan dan kembalinya pasokan energi dari Libya dan Rusia meredakan kekhawatiran pasokan.
Minyak mentah berjangka Brent jatuh 2,36 dolar AS atau 2,2 persen, menjadi diperdagangkan di 104,56 dolar AS per barel pada pukul 08.16 GMT setelah melemah 0,4 persen di sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 2,49 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi diperdagangkan di 97,39 dolar AS per barel menyusul penurunan 1,9 persen pada Rabu (20/7/2022).
Harga minyak telah bergejolak karena para pedagang harus menyesuaikan pasokan global yang lebih ketat akibat hilangnya barel Rusia menyusul invasi negara itu ke Ukraina, dengan kekhawatiran resesi dapat melemahkan permintaan energi.
Bank Sentral Eropa (ECB) akan bergabung dengan bank sentral lainnya dalam menaikkan suku bunga, dengan fokus memerangi inflasi yang tidak terkendali daripada penurunan ekonomi, yang pada gilirannya, dapat membebani permintaan minyak.
Persediaan bensin AS naik 3,5 juta barel pekan lalu, data pemerintah menunjukkan pada Rabu (20/7/2022), jauh melebihi perkiraan para analis.
“Permintaan bensin AS sedang berjuang untuk beralih ke gigi atas selama musim puncak mengemudi musim panas,” kata analis PVM Stephen Brennock.
Sementara itu, National Oil Corp (NOC) Libya mengatakan pada Rabu (20/7/2022) produksi minyak mentah telah dilanjutkan di beberapa ladang minyak, setelah mencabut force majeure pada ekspor minyak pekan lalu.
Di bidang gas alam, Gazprom melanjutkan aliran melalui pipa Nord Stream 1 yang memasok lebih dari sepertiga ekspor gas Rusia ke Uni Eropa.
Namun, salah satu arteri ekspor minyak utama Kanada, pipa Keystone, beroperasi pada tingkat yang lebih rendah untuk hari ketiga pada Rabu (20/7/2022), kata operator TC Energy.