Pentagon, Selasa (6/7), mengatakan pihaknya telah membatalkan kontrak komputasi awan (cloud) dengan Microsoft, yang nilainya diperkirakan mencapai $10 miliar.
Sebaliknya Pentagon akan mengupayakan tercapainya perjanjian sekaligus dengan Microsoft dan Amazon, dan mungkin penyedia layanan cloud lainnya.
“Dengan perubahan lingkungan teknologi yang ada, menjadi jelas bahwa kontrak JEDI Cloud – yang sudah lama ditangguhkan – tidak lagi memenuhi persyaratan untuk mengisi kesenjangan kemampuan Departemen Pertahanan,” ujar Pentagon dalam sebuah pernyataan.
JEDI Cloud adalah proyek Infrastruktur Pertahanan Perusahaan Bersama atau Joint Enterprise Defense Infrastructure, disingkat JEDI.
Pernyataan itu tidak secara langsung menyebutkan bahwa Pentagon menghadapi tantangan hukum yang telah diperpanjang oleh Amazon atas kontrak awal senilai $ 1 juta yang diberikan kepada Microsoft.
Amazon menilai kontrak dengan Microsoft itu dinodai oleh politik, khususnya oleh antagonisme Donald Trump ketika menjadi presiden terhadap CEO Amazon Jeff Bezos.
Bezos memiliki surat kabar The Washington Post yang kerap dikecam Trump.
Banyak Vendor Associated Press melaporkan kepala urusan informasi di Pentagon, John Sherman, Selasa (6/7), mengatakan kepada wartawan bahwa dalam pertarungan hukum yang panjang dengan Amazon, “lanskap telah berkembang” dengan kemungkinan-kemungkinan baru bagi layanan komputasi cloud berskala besar.
Oleh karena itu, ujarnya, diputuskan untuk memulai kembali dan mencari beragam vendor.
Sherman mengatakan JEDI akan digantikan oleh program baru yang disebut sebagai “Joint Warfighter Cloud Capability” di mana baik Amazon maupun Microsoft “tampaknya” akan sama-sama ditawari kontrak untuk berbisnis, meskipun tidak ada jaminan.
Sherman mengatakan tiga penyedia layanan cloud besar lainnya, yaitu Google, IBM dan Oracle, mungkin juga akan memenuhi syarat.
Respons Microsoft Menanggapi pernyataan Pentagon itu, Microsoft mengatakan pihaknya memahami alasan Departemen Pertahanan.
Microsoft juga mengatakan tetap mendukung Pentagon dan setiap anggota militer, yang membutuhkan teknologi penting abad ke-21 yang akan disediakan oleh JEDI.
“Departemen Pertahanan menghadapi pilihan yang sulit yaitu melanjutkan kontrak dengan apa yang bisa menjadi pertarungan litigasi selama bertahun-tahun atau menemukan jalan lain ke depan,” ujar perusahaan itu.
Amazon mengatakan memahami dan setuju dengan keputusan Pentagon itu.
Dalam sebuah pernyataan, perusahaan itu menggarisbawahi pandangannya bahwa kontrak tahun 2019 itu tidak didasarkan pada hal-hal penilaian obyektif dan jujur atas proposal-proposal yang masuk, “dan sebaliknya merupakan hasil pengaruh dari luar yang tidak memiliki tempat dalam pengadaan pemerintah.” Proyek JEDI dimulai dengan kontrak bernilai $1 juta dengan Microsoft, yang dimaksudkan sebagai langkah awal dalam perjanjian sepuluh tahun yang dapat mencapai nilai sepuluh juta dolar.
Proyek yang akan menggantikannya adalah program lima tahun.
Sherman mengatakan tidak ada nilai pasti dari kontrak itu, tetapi akan berada dalam kisaran “miliaran.” Ditambahkannya, pemerintah akan merundingkan jumlah yang akan dibayar pada Microsoft karena menyudahi perjanjian tahun 2019 itu.
Gugatan Amazon Amazon Web Services, yang memimpin pasar dalam penyediaan layanan komputasi cloud, telah sejak lama dianggap sebagai kandidat utama untuk menjalankan program JEDI.
Proyek ini dimaksudkan untuk menyimpan dan memproses sejumlah besar data rahasia yang memungkinkan militer Amerika meningkatkan komunikasi dengan tentara di medan perang dan menggunakan kecerdasan buatan untuk mempercepat perencanaan perang dan kemampuan tempur lainnya.
Kontrak JEDI menghadapi tantangan hukum tak lama setelah diberikan kepada Microsoft pada Oktober 2019.
Penawar yang kalah, yaitu Amazon Web Services, mengajukan gugatan hukum ke pengadilan dengan alasan bahwa proses pemilihan di Pentagon itu cacat dan tidak adil, termasuk bahwa hal itu dipengaruhi oleh politik.
Tahun ini Pentagon mengisyaratkan bahwa mereka mungkin membatalkan kontrak, dengan mengatakan pada Mei lalu bahwa pihaknya merasa terdorong ujntuk mempertimbangkan kembali pilihannya setelah seorang hakim federal pada April menolak langkah Pentagon untuk membatalkan bagian-bagian penting gugatan Amazon.