Pandemi Covid-19 yang menyebabkan Lockdown pertama kali di lakukan di banyak negara pada Maret tahun lalu telah membuat pemintaan minyak bumi anjlok tajam sekitar 20%, sementara persediaannya membludak. Harga minyak WTI sempat jatuh ke area negatif yang merupakan pertama kalinya sepanjang sejarah. Namun mulai keluarnya Cina sebagai pengimpor minyak bumi terbesar kedua di dunia dari pandemi Covid-19 telah membuat permintaan minyak bumi kembali meningkat dan kembali naikkan harga minyak bumi.
Setelah terdongkrak naik oleh permintaan dari Cina, harga minyak bumi semakin naik setelah India menghentikan lockdownnya yang membuat permintaan India akan minyak bumi semakin meningkat untuk aktivitas ekonomi mereka. Permintaan minyak bumi lebih di topang naiknya permintaan dari kawasan Asia, sementara kawasan Eropa sibuk melakukan lockdown karena naiknya penyebaran virus Covid-19 dan juga karena adanya varian baru di Inggris.
Naiknya permintaan minyak bumi juga di karenakan terjadinya pergeseran perilaku konsumen dengan makin banyaknya belanja E-commerce karena “work from home”. Pesatnya pertumbuhan E-Commerce membuat meningkatnya permintaan plastik dan bahan untuk pengepakan lainnya yang merupakan hasil produksi atau turunan dari minyak bumi. Di samping naiknya permintaan minyak bumi, penyebab harga minyak bumi terus meningkat karena negara-negara OPEC tetap membatasi produksi dengan sepakat memangkas produksinya sebesar 10% dari output Global. Saat ini pemotongan baru di lakukan sebesar 8% dari output Global pada Agustus tahun lalu. Arab Saudi bahkan secara sukarela memangkas produksinya sebesar satu juta barel perhari (bph) pada bulan Februari dan Maret tahun ini untuk mempertahankan defisit di pasar.
USDOIL hari ini mencapai posisi tertingginya di level $57.64 per barel dan di prediksi akan terus mendekati level $60.00 perbarel.