JAVAFX – Penguatan harga minyak dibantu data API yang menyatakan bahwa stok minyak pemerintah AS di minggu lalu mengalami penurunan kembali di 11 minggu berturut-turut.
Hal ini seakan mengesampingkan situasi penurunan yang tajam pada perdagangan kemarin yang dipicu oleh produksi minyak OPEC dan AS yang akan terlihat naik serta rendahnya tingkat kepatuhan dalam pemangkasan produksi minyak 1,8 juta barel perhari dan akan menurunnya konsumsi minyak China.
Faktor menguatnya dolar AS dan produksi minyak AS serta kombinasi dengan permintaan minyak dunia yang akan naik membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk perdagangan sebelumnya ditutup menguat $0,12 atau 0,25% di level $47,71 per barel.
Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London ditutup menguat $0,22 atau 0,43% di harga $50,95 per barel.
Sebelumnya, minyak berhasil keluar dari tekanan jualnya setelah investor melihat proses penguatan indeks dolar yang terpengaruh data penjualan eceran AS yang membaik serta mulai redanya konflik di semenanjung korea dimana korea utara tidak jadi meluncurkan rudal balistiknya ke sekitaran pangkalan militer AS di Guam Samudera Pasifik
Seperti terungkap beberapa pekan ini dimana perdagangan kemarin ditutup dengan sisi penguatan yang cukup tipis sehingga harga minyak masih berada di level 3 minggu terendahnya.
Ini juga menampakkan situasi yang sebelumnya yang dipengaruhi kondisi yang panik setelah dari pertengahan Juli hingga minggu ini, harga minyak selalu berkisar antara $45 hingga $52 per barel, karena nampaknya pula bahwa minyak WTI punya sisi resistansi yang kuat di level $50 perbarel.
Investor minyak serasa terjebak dengan suasana harga tersebut karena mereka sangat kuatir terhadap masa depan dari komitmen pemangkasan produksi minyak OPEC dimana kepatuhan komitmen mereka kembali merendah dan masih akan meningginya produksi minyak AS kedepannya.
International Energy Agency yang berbasis di Paris, menyatakan akhir pekan lalu bahwa bahwa produksi minyak dari OPEC pada Juli lalu mengalami kenaikan sebesar 230 ribu barel perhari menjadi 32,84 juta barel perhari.
Sedangkan EIA awal pekan juga menyatakan bahwa produksi minyak bulan September akan naik 117 ribu barel perhari menjadi 6,149 juta barel perhari, menandakan bahwa produksi minyak AS naik tiap bulan sejak awal tahun ini.
OPEC sendiri pekan lalu menyatakan bahwa produksi minyaknya naik 0,5% atau 173 ribu barel perhari menjadi 32,87 juta barel perhari.
Kenaikan ini ditunjang dari produksi yang mulai membesar di kilang Libya dan Nigeria.
OPEC juga memperkirakan bahwa permintaan minyak di tahun ini meningkat sekitar 100 ribu barel perhari sehingga akhir tahun ini diperkirakan permintaan minyak akan bertambah sekitar 1,37 juta barel perhari.
IEA juga melaporkan bahwa permintaan minyak dunia hingga akhir 2017 ini akan mengalami kenaikan 1,5 juta barel perhari menjadi total 97,6 juta barel perhari.
Namun IEA juga menyoroti masih lemahnya kepatuhan anggota OPEC dalam menjalankan komitmen pemangkasan produksi minyak untuk OPEC 1,2 juta barel perhari dan non-OPEC 600 ribu barel perhari.
Hingga akhir Juli lalu, tingkat kepatuhan anggota OPEC telah menurun, dari 77% di Juni menjadi 75% di Juli lalu, dan non-OPEC hanya 67% atau kelebihan 470 ribu barel perhari, sehingga ini menandakan komitmen tersebut makin memberikan nilai suplai yang masih besar.
Hari ini investor menunggu data stok minyak AS yang dikeluarkan oleh EIA dengan perkiraan akan menurun.
Harga minyak sendiri masih dalam kondisi beli setelah API menyatakan bahwa stok minyak AS turun 9,16 juta barel, bahan bakar naik 300 ribu barel dan minyak suling turun 1,3 juta barel di pekan lalu.
Data EIA rilis nanti malam, bila memang menurun maka ini merupakan penurunan 7 minggu berturut-turut. Data EIA dengan API kadangkala berlawanan arah.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, Marketwatch
Sumber gambar: business insider