Minyah mentah melemah di sesi rabu seiring dengan turunnya harga obligasi sehingga menguatkan dolar AS. Melemahnya harga minyak juga disebabkan oleh proyeksi terhadap bertambahnya persediaan minyak. Namun, harga minyal diyakini akan kembali di atas level sebelum pandemi terjadi.
Minyak West Texas Intermediate (WTI) AS turun 36 sen atau sebesar 0,6%, ke level $63,17 per barel, melampaui penguatan yang diperoleh pada sesi Kamis. Sementara minyak berjangka Brent kontrak April turun 18 sen atau 0,3%, ke level $66,70 per barel, meneruskan penurunan 16 sen pada sesi Kamis. Kontrak April akan berakahir Jumat hari ini. Sementara kontrak Mei yang mulai aktif diperdagangkan turun 32 sen atau 0,5%, di harga $65,79.
Dengan menguatnya dolar AS membuat harga minyak mentah yang diperdagangkan menggunakan dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.
Sekalipun mencatat penurunan sesi Jumat ini, baik minyak Brent maupun WTI tengah mencatat kenaikan 20% di bulan ini. Ini disebabkan oleh pasar yang telah bergelut akibat terhentinya persediaan di AS. Sementara optimisme telah membangun permintaan seiring dengan diluncurkannya vaksin.
Saat inii, pasar tengah memproyeksikan bahwa pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) minggu depan dan aliansinya, OPEC +, akan menghasilkan lebih banyak pasokan yang kembali ke pasar, mengingat lonjakan harga baru-baru ini dan ekspektasi bahwa permintaan akan meningkat seiring pengenduran ‘lockdown’ akibat pandemi menuju musim panas belahan bumi utara.
Harga minyak mentah AS juga menghadapi hambatan dari hilangnya permintaan kilang setelah beberapa fasilitas Pantai Teluk ditutup selama badai musim dingin pekan lalu. Ada sekitar 4 juta barel per hari kapasitas masih ditutup dan mungkin berlanjut hingga 5 Maret untuk semua kapasitas yang ditutup untuk melanjutkan meskipun ada risiko penundaan, analis di J.P. Morgan mengatakan dalam sebuah catatan minggu ini.