Pemrotes kematian Mahsa Amini bentrok dengan pasukan keamanan Iran

0
69

Polisi anti huru-hara dan pasukan keamanan Iran bentrok dengan massa di puluhan kota pada Selasa (27/9), menurut media pemerintah dan media sosial, saat protes atas kematian Mahsa Amini di dalam penjara berkecamuk.

Perempuan berusia 22 tahun asal kota Kurdi Saqez itu ditangkap polisi moral pada 13 September di Teheran lantaran berpakaian tak pantas.

Amini meninggal di rumah sakit tiga hari kemudian usai mengalami koma, sehingga memicu aksi protes besar-besaran pertama dari kubu oposisi sejak otoritas menindas demonstran yang menentang kenaikan harga bensin pada 2019.

Meskipun jumlah korban tewas bertambah dan pasukan keamanan melakukan penindasan dengan menggunakan gas air mata, pentungan, dan bahkan di sejumlah kasus, menggunakan peluru tajam, video yang diunggah di media sosial menunjukkan massa menyerukan agar lembaga ulama bubar.

Bentrokan terjadi di Tehran, Tabriz, Karaj, Qom, Yazd dan di banyak kota lainnya Kelompok HAM Amnesty International menuliskan di Twitter bahwa pasukan keamanan Iran merespons massa dengan “kekuatan yang melanggar hukum, seperti menggunakan peluru tajam dan senapan, sehingga menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya.” Media pemerintah melabeli pengunjuk rasa “orang munafik, perusuh, preman dan provokator,” sementara stasiun TV pemerintah melaporkan bahwa polisi bentrok dengan “perusuh” di sejumlah kota.

Video yang diunggah di media sosial dari Iran menunjukkan massa meneriakkan, “Perempuan, Kehidupan, Kebebasan”, seraya kaum perempuan melambaikan dan membakar kerudung mereka.

Video di Twitter memperlihatkan massa meneriakkan “Kematian untuk diktator”, yang merujuk pada Pemimpin Spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Sementara itu, di kota-kota Kurdi Sanandaj dan Sardasht, polisi anti huru hara menembaki massa, menurut video di Twitter.

“Saya akan habisi orang-orang yang membunuh saudara saya,” teriak massa di salah satu video dari Teheran.

Sementara pegiat pemilik akun Twitter 1500tasvir mencuit: “Jalanan telah menjadi medan perang.”