Pembicaraan untuk menghidupkan lagi kesepakatan nuklir Iran yang terjadi pada 2015, akan kembali dilanjutkan pada Kamis (9/12), kata perunding utama Iran dalam kunjungan ke Moskow.
“Saya menganggap perlu pada tahap ini untuk berkonsultasi dengan pihak berwenang Rusia untuk melanjutkan pembicaraan dalam suasana yang konstruktif,” kata Ali Bagheri, ketua perunding nuklir Iran, pada Selasa (7/12), seperti dilansir oleh situs televisi pemerintah Iran Iribnews .
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan “pembicaraan seharusnya berlanjut pada Kamis (9/12).” Ia mengharapkan bahwa hasil dari pembicaraan tersebut akan berbuah “positif”.
Negosiasi nuklir Iran dimulai kembali pada 29 November lalu setelah sebelumnya terhenti selama lima bulan, tetapi para diplomat pada Jumat (3/12) sepakat untuk menghentikan diskusi dalam beberapa hari guna memungkinkan konsultasi di ibu kota.
Pihak Prancis mengatakan pada Selasa (7/12) pagi bahwa proposal yang diajukan Iran pada pembicaraan yang berlangsung di ibu kota Austria, Wina, itu tidak memenuhi apa yang dibutuhkan, dan waktu yang tersedia cukup terbatas.
Kesepakatan pada 2015 bertujuan membatasi program nuklir Iran untuk memastikan negara tersebut tidak bisa membuat senjata nuklir.
Sebagai imbalan, sanksi ekonomi yang berlaku terhadap Iran dilonggarkan.
Kesepakatan semula ditandatangani Iran dan Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia, serta Amerika Serikat (AS).
Tetapi kesepakatan itu mulai rapuh ketika pada 2018, presiden AS ketika itu, Donald Trump, menarik Amerika keluar dari kesepakatan tersebut dan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran, membuat negara tersebut mulai bergerak melampaui batas dalam pengayaan uranium pada program nuklirnya pada tahun berikutnya.
Iran selalu bersikeras bahwa program nuklirnya bertujuan damai.