Joe Biden dan Vladimir Putin mengadakan pertemuan puncak melalui video selama dua jam hari Selasa (7/12).
Presiden AS menyatakan dirinya akan memperingatkan kemungkinan pemberlakuan sanksi-sanksi berat dan penambahan dukungan militer untuk Eropa Timur jika Rusia melakukan invasi ke Ukraina.
“Salam, Bapak Presiden,” kata Putin dalam klip video singkat yang dirilis Kremlin.
Biden mengatakan “senang bertemu” dengan rekan setaranya dari Rusia sekaligus menambahkan dia berharap pertemuan berikut di antara mereka dapat diselenggarakan dengan temu muka.
Meskipun pembukaan pembicaraan berlangsung secara ramah, pertemuan tingkat tinggi yang berlangsung lebih dari dua jam tersebut dipenuhi ketegangan.
Rusia membantah rencana hendak melakukan invasi ke Ukraina, namun gambar-gambar satelit yang menunjukkan konsentrasi pasukan besar-besaran di perbatasan, menimbulkan kekhawatiran atas kemungkinan perang di Eropa.
Mencerminkan suasana yang kelam, Biden duduk di dalam sebuah ruang tertutup yang dilengkapi pengamanan yang tinggi di Gedung Putih.
Ruangan ini disebut Situation Room.
Sebaliknya, Biden mengadakan KTT video serupa dengan Presiden China Xi Jinping tiga minggu lalu di Ruang Roosevelt yang lebih semarak, di mana para jurnalis diundang untuk menyaksikan menit-menit pembukaan.
Amerika Serikat mengatakan tidak tahu pasti apa yang hendak dilakukan Rusia di Ukraina, tetapi khawatir dengan pengerahan sekitar 100.000 tentara Rusia yang siap tempur ke perbatasan.
Rusia mendukung pemberontakan separatis yang kuat di daerah kantong-kantong di Ukraina timur dan mencaplok semenanjung Krimea dari Kiev pada 2014.
Moskow menyebut omongan soal invasi itu sebagai sebuah “kepanikan”.
Sebaliknya, Putin bermaksud memberi tahu Biden bahwa ia menilai aliansi Ukraina yang berkembang dengan negara-negara Barat sebagai ancaman terhadap keamanan Rusia – dan bahwa setiap langkah Ukraina untuk bergabung dengan NATO atau menjadi tuan rumah rudal NATO tidak akan dapat diterima oleh Rusia.
Meskipun Ukraina hampir tidak dapat bergabung dengan aliansi militer pimpinan AS, Putin menginginkan jaminan “hukum” bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi.
“Rusia tidak pernah berencana untuk menyerang siapa pun,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Selasa (7/12).
“Tapi kami memiliki benang merah kami sendiri.” Amerika Serikat dan NATO mengatakan Rusia tidak dapat diberi hak veto terkait ambisinya atas Ukraina.