JAVAFX – Pemangkasan produksi Arab Saudi berhasil angkat harga minyak pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini di mana sisi keseimbangan antara pasokan dan konsumsi akan segera tercipta kembali.
Dalam beberapa pekan sebelumnya, harga minyak selalu dalam ruang yang tertekan sebagai dampak dari perang tarif yang konon katanya akan membuat jumlah pemintaaan konsumsi minyak global mengalami penurunan. Di sisi lain tekanan kuat muncul berkat seruan Presiden Trump agar OPEC mulai meningkatkan produksi minyaknya, dan kondisi ini bertentangan dengan perkiraan Dana Moneter Internasional bahwa konsumsi minyak global akan menurun akibat perang dagang yang menurunkan pertumbuhan ekonomi dunia.
Dipastikan pula meskipun impor minyak China sudah naik lagi dari 8,1 juta bph di Juni lalu tengah meningkat menjadi 8,4 juta bph di Juli lalu di saaat perang tarif sedang berlangsung, namun menurut IEA bahwa ekspor minyak Iran akan kehilangan sekitar 2,7 juta bph ekspornya, di mana India, Korea Selatan, China, Jepang dan Uni Eropa merupakan konsumen utama minyak Iran dan harus segera mencari pengganti pasokannya. Beberapa negara pengimpor minyak Iran dapat dipastikan dilarang untum melakukan transaksi bersama Iran.
Beruntung OPEC mengumumkan tadi pagi bahwa produksi minyak Arba Saudi mengalami penurunan sebesar 200 ribu bph menjadi 10,288 juta bph di pekan ini. OPEc juga memperkirakan bahwa pertumbuhan permintaan konsumsi global juga sedang menurun dari 1,64 juta bph di 2018 akan menjadi 1,43 juta bph pada tahun depan sehingga antisipasinya bahwa produksi OPEC kemungkinan besar akan semakin dipotong.
Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,28 atau 0,42% di level $67,48 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Oktober di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,23 atau 0,43% di harga $72,84 per barel.
Sebelumnya harga minyak membaik lagi di pekan lalu setelah diberitakan bahwa AS mulai pekan ini akan memberlakukan sanksi baru kepada Iran atas usahanya menekan Iran untuk patuh tidak mengembangkan tehnologi nuklirnya. Iran tengah dilarang melakukan kegiatan perdagangan lalu lintas uang, logam dan setengah produksi energinya dilarang untuk di ekspor sehingga diperkirakan sekitar 2,4 juta bph konsumsi minyak asal Iran akan hilang mulai bulan ini.
Kondisi ini membuat pasar sedikit terkejut karena pasokan minyak akan cukup berkurang mengingat Iran merupakan salah satu pengekspor minyak terbesar kelima didunia. Pasokan minyak Iran banyak ke negara India, China dan Uni Eropa, di mana ketiganya rupanya juga tidak ikut serta memberikan sanksi kepada Iran seperti AS, namun AS pasti akan menekan mereka dengan segera membatasi ruang perdagangan dolarnya.
Perbaikan harga minyak juga tidak besar karena ada perkiraan akibat perang dagang. Kondisi perang dagang memang belum usai, di mana kondisi ini tidak bersahabat bagi harga minyak karena dapat dipastikan pertumbuhan ekonomi dunia akan menurun sehingga permintaan konsumsi minyak juga akan merendah, sedang OPEC sudah berusaha menaikkan pasokannya lagi. Trump sedang mempersiapkan tarif tambahan sebesar 25% bagi produk impor China.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi