Pelemahan Harga Minyak Kembali Muncul

0
82

JAVAFX – Analisa fundamental di hari Selasa(27/2/2018), pelemahan harga minyak kembali muncul pada perdagangan siang hingga sore hari ini dimana unsur aksi jual kembali muncul sejak tadi pagi setelah dolar AS mengalami penguatannya yang terbantu oleh penguatan kembali imbal hasil obligasi AS di hari ini.
Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak April di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,03 atau 0,05% di level $62,74 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak April di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,08 atau 0,12% di harga $66,31 per barel.

Penguatan dolar AS terjadi di perdagangan hari ini setelah the Fed dalam notulennya menyatakan bahwa kondisi ekonomi AS akan memanas dan suku bunga bisa naik secara bertahap, sehingga investor melihat naiknya yield obligasi AS dan segera mengambil aksi beli kembali di dolar AS. Penguatan dolar AS itu berarti impor minyak dunia akan terlihat lebih mahal sisi belinya sebagai konsekuensi bersamaan dengan naiknya nilai dolar AS, sehingga investor minyak langsung menahan pembelian minyaknya.

Jarak harga antara WTI dan Brent atau biasa dikenal dengan sebutan disparitas harga WTI dan Brent makin menipis, sekitar $4 per barel, turun dari $7 per barel ke atas pada akhir tahun 2017 lalu. Seperti kita ketahui bahwa kondisi disparitas harga yang melebar biasanya akan membawa dampak produksi minyak serpih AS akan meningkat tajam. Biasanya disparitas di atas angka $5 per barel membuat produksi minyak AS akan meningkat tajam.

Dari data intelijen Genscape dinyatakan bahwa persediaan minyak AS di Oklahoma mengalami penurunan sebesar 2,1 juta barel di pekan lalu, dan data di gudang Cushing Oklahoma memang turun 2,7 juta barel.

Persediaan minyak mentah pemerintah AS di pekan lalu mengalami penurunan sebesar 1,616 juta barel, jauh di bawah ekspektasi pasar yang naik 2,355 juta barel. Persediaan bensin naik hanya 261 ribu barel. Sedangkan persediaan minyak pemanas dan solar turun tajam sebesar 2,422 juta barel. Namun EIA juga menyatakan bahwa produksi minyak AS masih di sekitar 10,27 juta bph dan diperkirakan hingga akhir tahun ini produksi minyak AS akan di atas 11 juta bph.

Impor minyak AS juga turun dari 5 juta bph menjadi 1,6 juta bph, level terendah sejak EIA mencatat di 2001. Sedangkan ekspor minyak AS melonjak tajam lebih dari 2 juta bph, atau sedikit di bawah rekor tertinggi ekspor minyak AS pada Oktober tahun lalu yang mencapai 2,1 juta bph.

Secara umum, pasar minyak tetap di dukung dengan baik karena adanya pembatasan pasokan minyak OPEC. Sekjen OPEC Mohammed Barkindo menyatakan bahwa permintaan minyak global di 2018 bisa tumbuh 1,6 juta bph. Mirip dengan pandangan Citigroup bahwa pertumbuhan ekonomi global yang membaik maka akan meningkatkan permintaan konsumsi minyak dunia.

Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC