Pejabat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Program Pembangunan PBB (UNDP) bersama petinggi BNPB, BMKG, dan perwakilan Pemerintah Provinsi Bali mengikuti rangkaian simulasi kesiapsiagaan bencana tsunami di SD Negeri 02 Tanjung Benoa, Badung, Bali, Selasa.
Dalam kegiatan itu, Deputi Sekretaris Jenderal PBB Amina J.
Mohammed, Direktur Biro Krisis UNDP Asako Okai, Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, dan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Prof.
Dwikorita Karnawati mengamati langsung kesiapsiagaan ratusan pelajar di Benoa saat mendengar peringatan dini bencana tsunami berbunyi di area sekolah.
“Simulasi hari ini penting karena terkait dengan langkah awal penanggulangan bencana,” kata Deputi Sekjen PBB Amina J.
Mohammed saat memberi sambutan di SDN 02 Tanjung Benoa, Selasa.
Ia kemudian meneruskan pesan dari Sekretaris Jenderal PBB António Guterres bahwa antisipasi terhadap bencana tidak cukup dengan penguatan sistem peringatan dini, tetapi juga langkah-langkah awal penyelamatan dan evakuasi.
“Kita semua punya tanggung jawab untuk melindungi satu sama lain dan mencegah kerusakan akibat bencana berdampak luas,“ kata Amina.
Ia pun menyampaikan kekagumannya terhadap semangat para pelajar SDN 02 Tanjung Benoa beserta kepala sekolah dan para guru karena komitmen dan aksi nyata mereka itu dapat mengurangi dampak bencana.
Sementara itu, Gubernur Bali I Wayan Koster yang diwakili oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali I Made Rentin menyampaikan latihan kesiapsiagaan bencana di sekolah merupakan salah satu penerapan pengurangan risiko bencana di sektor pendidikan.
“Dalam kesempatan ini, saya sangat mengapresiasi latihan kesiapsiagaan tsunami yang melibatkan siswa tingkat sekolah dasar karena itu dapat meningkatkan kemampuan sumber daya di satuan pendidikan,” kata I Made Rentin membacakan sambutan Gubernur Bali.
Koster dalam sambutannya itu menyampaikan pihaknya berencana memasukkan simulasi kesiapsiagaan bencana dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler.
“Hal ini penting karena pengetahuan kebencanaan secara dini meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi tentang bencana dan potensi pengurangan risiko bencana dalam tingkat sederhana,” kata dia.
Kegiatan simulasi kesiapsiagaan bencana tsunami di SDN 02 Tanjung Benoa diikuti lebih dari 100 peserta yang terdiri atas siswa, para guru, dan relawan.
Dalam simulasi, sirine peringatan dini berbunyi dan para siswa bersama guru-guru langsung sigap melindungi kepala dan menggandeng teman berlari menuju tempat evakuasi sementara.
Untuk kegiatan itu, Hotel ION di Tanjung Benoa, yang jaraknya sekitar 400 meter dari sekolah menjadi lokasi evakuasi sementara.