AS telah mengirimkan sejumlah besar pencegat antirudal Patriot ke Arab Saudi dalam beberapa pekan ini, sementara pemerintahan presiden AS Joe Biden berusaha meredakan apa yang sebelumnya menjadi titik ketegangan dalam hubungan AS-Saudi yang semakin pelik.
Seorang pejabat pemerintah senior mengukuhkan hari Minggu (20/3)bahwa pencegat itu telah dikirim ke Arab Saudi.
Pejabat yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas keputusan yang belum resmi diumumkan itu mengatakan keputusan tersebut sejalan dengan janji Biden bahwa “Amerika akan mendukung teman-teman kami di kawasan.” Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan hari Minggu (20/3) mengecam pasukan Houthi di Yaman setelah mereka melancarkan salah satu serangan drone dan rudal yang paling intens terhadap fasilitas-fasilitas energi penting Arab Saudi, memicu kebakaran di salah satu lokasi dan menghentikan produksi untuk sementara waktu di fasilitas lainnya.
Associated Press melaporkan pada September lalu bahwa AS telah memindahkan sistem pertahanan Patriotnya sendiri dari Pangkalan Udara Prince Sultan di luar Riyadh meskipun ketika itu Saudi terus menghadapi serangan udara dari pemberontak Houthi Yaman.
Kerajaan Saudi telah menegaskan bahwa sistem pencegat itu penting bagi pertahanan udara mereka dalam menghadapi serangan Houthi.
Saudi terlibat dalam perang dengan Houthi tanpa ada kemajuan sejak Maret 2015.
Pada waktu sistem Patriot AS dipindahkan dari kerajaan itu, para pejabat pemerintah menyatakan perubahan dalam kemampuan pertahanan dilakukan antara lain karena keinginan untuk menghadapi apa yang disebut para pejabat Amerika sebagai membayangnya “konflik kekuatan besar” dengan China dan Rusia.
Para pejabat Pentagon menyatakan bahwa AS mempertahankan puluhan ribu tentara dan postur kekuatan yang kokoh di Timur Tengah yang mewakili “sebagian dari kemampuan maritim dan kekuatan udara kami yang paling canggih.” Keputusan untuk memperkuat pasokan sistem pencegat AS untuk Arab Saudi itu pertama kali diberitakan oleh The Wall Street Journal.
Hubungan AS-Saudi telah tegang sejak Biden menduduki jabatannya.
Presiden menolak untuk berurusan langsung dengan putra mahkota Pangeran Mohammed bin Salman dan telah menghapus Houthi dari daftar kelompok teroris.
Pemerintahan Biden tahun lalu merilis laporan intelijen yang dideklasifikasi yang menyimpulkan bahwa putra Raja Salman yang lanjut usia itu dan juga dikenal sebagai MBS, telah memberi wewenang kepada tim pejabat keamanan dan intelijen Saudi yang membunuh jurnalis Jamal Kashoggi pada Oktober 2018 di konsulat Saudi di Istanbul.
Pembunuhan Khashoggi, pengkritik MBS, menuai kecaman global.
Putra mahkota menegaskan ia tidak terlibat dalam operasi yang dilancarkan agen-agen Saudi itu.
Dalam wawancara dengan The Atlantic baru-baru ini, putra mahkota ditanya apakah Biden salah memahaminya.
Ia menjawab bahwa ia tidak peduli sama sekali dan bahwa terserah Bidenlah untuk memikirkan kepentingan Amerika sewaktu mempertimbangkan urusannya dengan kerajaan Saudi.
Gedung Putih mengirimkan Brett McGurk, koordinator Timur Tengah di Dewan Keamanan Nasional, dan utusan energi Departemen Luar Negeri Amos Hochstein ke Riyadh bulan lalu untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat Saudi mengenai berbagai isu – yang utama antara lain adalah perang yang tengah berlangsung di Yaman dan pasokan energi global.
Saudi sejauh ini menolak untuk memompa lebih banyak minyak mentah untuk mengurangi lonjakan tajam harga minyak yang dipicu oleh invasi Rusia terhadap Ukraina.