PBB sangat memprihatinkan laporan yang menyebutkan Israel menggunakan amunisi fosfor putih yang dipasok Amerika Serikat saat menyerang Lebanon selatan.
Saat ditanya Anadolu tentang laporan Washington Post, Juru Bicara PBB Stephane Dujarric mengaku tidak memiliki informasi apa pun untuk mengonfirmasi laporan itu.
“Kami jelas sangat memprihatinkan penggunaan amunisi jenis ini, khususnya di daerah padat penduduk,” kata dia pada Senin waktu setempat.
“Tapi kami akan lihat dulu apa ada hal lain yang bisa saya sampaikan kepada Anda mengenai soal itu,” sambung dia.
Washington Post melaporkan Israel melancarkan serangan pada 16 Oktober di Dheira, sebuah kota kecil di Lebanon yang berdekatan dengan perbatasan Israel.
Sedikitnya sembilan orang terluka akibat serangan itu.
Kelompok hak asasi manusia Amnesty International menyerukan penyelidikan dengan menyebut insiden tersebut berpotensi sebagai kejahatan perang.
Di antara sembilan korban luka-luka dalam serangan itu, sedikitnya tiga orang dirawat di rumah sakit, satu di antaranya dirawat selama beberapa hari, lapor The Post.
Anadolu juga mengambil sejumlah gambar yang menunjukkan adanya penggunaan bom fosfor putih terhadap warga sipil di Gaza.
Beberapa pengacara berpandangan bahwa foto-foto itu bisa digunakan sebagai bukti untuk menggugat Israel.
Sejak 7 Oktober, ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel di tengah baku tembak antara pasukan Israel dan Hizbullah dalam bentrokan paling mematikan sejak kedua pihak terlibat perang besar pada 2006.
Ketegangan di perbatasan terjadi setelah militer Israel menyerang Jalur Gaza, menyusul serangan lintas batas yang dilakukan Hamas di dalam wilayah Israel.