Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Yaman Hans Grundberg mengatakan dia melihat kegiatan diplomasi yang semakin intensif di tingkat regional dan internasional untuk menyelesaikan konflik di Yaman.
Dia juga mendesak pihak-pihak yang bertikai untuk menghindari konflik besar terjadi kembali.
“Oleh karena itu, saya mendesak para pihak untuk memanfaatkan ruang dialog yang disediakan dengan tidak adanya pertempuran skala besar,” kata Hans Grundberg kepada Dewan Keamanan PBB dalam pesan video pada Senin (16/1).
Grundberg berterima kasih kepada Arab Saudi dan Oman atas upaya diplomatik kedua negara itu sambil menyatakan keterlibatannya secara terus-menerus dengan negara-negara di kawasan.
“Kami menyaksikan perubahan langkah potensial dalam lintasan konflik selama delapan tahun ini,” tutur dia.
Meskipun Grundberg mengatakan situasi militer secara keseluruhan di Yaman masih stabil, dia mengungkapkan bahwa beberapa aktivitas militer terbatas telah terdeteksi di sekitar garis depan, khususnya di provinsi Marib, Taiz, Dali, Hodeida dan Lahj.
Kegiatan militer tersebut juga mengakibatkan korban sipil, kata dia.
Kepala bidang kemanusiaan PBB Martin Griffiths, yang merupakan mantan utusan PBB untuk Yaman, juga memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan PBB mengenai situasi baru-baru ini di negara yang dilanda perang itu.
“Kebutuhan kemanusiaan masih sangat tinggi karena ekonomi negara itu terus melemah,” ujar Griffiths.
Yaman telah dilanda kekerasan dan ketidakstabilan sejak 2014 ketika pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran merebut sebagian besar wilayah negara itu, termasuk Ibu Kota Sanaa.
Konflik yang berlangsung selama delapan tahun di Yaman telah menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, di mana jutaan orang menderita kelaparan.