Komunitas global harus berinvestasi lebih banyak serta meningkatkan skala dan kecepatan dalam melindungi alam dan mencegah kepunahan spesies, kata seorang pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Minggu.
Putaran baru perundingan tentang keanekaragaman hayati global (COP15) akan dimulai di Kunming, China, pada Senin (11/9), dengan tujuan membangkitkan momentum pascaperjanjian 2020 yang ambisius untuk membalikkan kondisi kerusakan habitat yang disebabkan oleh perambahan manusia dan perubahan iklim selama puluhan tahun.
“Saat ini, sebagian besar negara menghabiskan lebih banyak dana untuk menyubsidi kegiatan yang menghancurkan keanekaragaman hayati daripada yang kita belanjakan untuk melestarikannya —kondisi ini harus berubah,” kata Wakil Sekretaris Eksekutif Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati David Cooper dalam pengarahan pers pada Minggu, sehari sebelum pertemuan tersebut.
Menurut Cooper, para menteri yang menghadiri pertemuan yang akan berlangsung secara virtual itu perlu menunjukkan lebih banyak ambisi dan memberikan “arah politik yang jelas” kepada para perunding, yang akan membahas kesepakatan akhir di Kunming pada Mei tahun depan.
Kelompok-kelompok lingkungan mengatakan tidak ada waktu yang terbuang untuk melindungi habitat dan memperlambat tingkat kepunahan, terutama setelah pemerintah gagal menyelesaikan salah satu target keanekaragaman hayati 2020 yang disepakati di Aichi, Jepang, satu dekade sebelumnya.
Namun, Cooper mengatakan tingkat urgensi masih belum cukup.
PBB ingin negara-negara berkomitmen untuk melindungi 30 persen dari daratan mereka pada 2030.
Komitmen tersebut telah disetujui oleh Amerika Serikat dan negara lainnya.
China belum membuat komitmen, meskipun menerapkan sistem “batas perlindungan ekologis” yang telah menempatkan 25 persen wilayahnya di luar jangkauan pengembang.
Cooper mengatakan kepada wartawan bahwa penting bagi semua negara untuk melindungi lebih banyak ekosistem mereka, tetapi itu tidak akan cukup untuk memperbaiki hilangnya keanekaragaman hayati.
Dia mengatakan lebih banyak komitmen diperlukan untuk mengelola 70 persen lainnya.
Dia mengatakan pandemi global telah memicu urgensi baru dalam perlindungan keanekaragaman hayati, tapi dia memperingatkan bahwa ini belum tercermin dalam langkah-langkah stimulus biasa pasca-COVID-19.
“Kita harus memastikan…
(stimulus) itu memperkuat keanekaragaman hayati dan tidak menambah masalah.
Secara global, jika Anda melihat-lihat, paket stimulus membuatnya lebih buruk, bukannya lebih baik,” ujar Cooper.