Pasukan keamanan Myanmar menabrakkan sebuah mobil ke arah pengunjuk rasa anti kudeta di Yangon pada Minggu, menyebabkan sejumlah pengunjuk rasa ditangkap dan puluhan lainnya terluka, demikian menurut dua saksi mata di tempat kejadian.
Protes flash mob di kota terbesar Myanmar itu ditabrak oleh pasukan keamanan beberapa menit setelah aksi dimulai.
Saksi mata mengatakan kepada Reuters bahwa polisi menangkap beberapa orang.
“Saya tertabrak dan jatuh di depan truk.
Seorang tentara memukuli saya dengan senapannya tetapi saya bertahan dan mendorongnya ke belakang.
Kemudian dia langsung menembak saya karena saya lari dengan pola zig-zag.
Untung saya lolos,” kata seorang pengunjuk rasa yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan kepada Reuters melalui sambungan telepon.
Sebuah mobil sipil yang ditumpangi oleh tentara menabrak massa dari belakang, kata dua saksi.
Tentara kemudian mengejar pengunjuk rasa yang tersebar, menangkap, dan memukuli mereka.
Beberapa pengunjuk rasa terluka parah dengan luka di kepala dan tidak sadarkan diri, menurut para saksi.
Protes anti militer terus berlanjut di Myanmar, meskipun tercatat lebih dari 1.300 orang telah tewas sejak kudeta 1 Februari 2021.
Protes yang tersebar seringkali merupakan kelompok kecil yang menyuarakan penentangan terhadap penggulingan pemerintahan terpilih yang dipimpin oleh peraih Nobel Aung San Suu Kyi dan kembalinya kekuasaan militer.
Seorang juru bicara junta yang berkuasa tidak menjawab permintaan komentar dari Reuters.
Militer mengatakan bahwa pengunjuk rasa yang terbunuh menghasut kekerasan.
Junta Myanmar beralasan kudeta dilatarbelakangi kecurangan dalam pemilu November tahun lalu, yang dimenangi oleh partai Suu Kyi.
Komisi pemilu setempat menolak pernyataan itu.
Perang dengan pemberontak etnis minoritas di daerah perbatasan terpencil di utara dan timur Myanmar meningkat secara signifikan sejak kudeta dan menggusur puluhan ribu warga sipil, menurut perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Suu Kyi (76) menghadapi belasan kasus termasuk hasutan dan pelanggaran protokol COVID-19.
Dia telah menolak semua tuduhan sampai saat ini.