JAVAFX – Harga minyak mentah menguat kembali setelah mengalami penurunan dalam beberapa hari dalam perdagangan hari Selasa (01/10/2019). Dorongan kenaikan bersumber dari melemahnya Dolar AS paska data ekonomi AS yang mengecewakan.
Sebuah laporan menyebutkan bahwa sektor manufaktur AS secara mengejutkan mengalami penurunan. Disisi lain, persediaan minyak mentah AS juga menurun. Kedua hal ini membuat investor cukup berani melakukan aksi beli kembali pada komoditas minyak.
Harga minyak mentah Brent naik 47 sen, atau 0,8%, menjadi $ 59,36 per barel, mengklaim kembali sebagian kerugian yang hilang selama tiga sesi terakhir. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di $ 54,29 per barel, naik 67 sen atau 1,3%.
Harga WTI dalam kinerja bulanan ditutup dengan menurun. Ini menjadi penurunan beruntun terpanjang mereka tahun ini, setelah aktivitas manufaktur AS merosot ke level terendah 10 tahun karena ketegangan perdagangan AS dan China membebani ekspor.
Minyak memangkas beberapa kerugian dalam perdagangan pasca penutupan perdagangan pada hari Selasa setelah data American Petroleum Institute (API) menunjukkan stok minyak mentah AS turun pekan lalu sebesar 5,9 juta barel, terhadap ekspektasi untuk kenaikan 1,6 juta barel. Sementara laporan persediaan minyak mingguan Administrasi Informasi Energi dijadwalkan akan dirilis pada hari Rabu.
Harga minyak sekarang berada di bawah level dari sebelum serangan 14 September terhadap fasilitas minyak Saudi karena eksportir minyak terbesar dunia telah memulihkan produksi dan kapasitas penuh minyaknya. Itu berarti pasar tidak menetapkan premi risiko apa pun dari potensi serangan lebih lanjut.
Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan dia akan bersedia untuk bertemu dengan menteri perminyakan saingan regional Arab Saudi sementara di Moskow, tetapi bahwa Saudi memiliki masalah dengan pertemuan, menurut kantor berita resmi IRNA. “Pasar energi harus non-politik untuk mencegah campur tangan sepihak dan ilegal,” kata Zanganeh pada saat kedatangan di Moskow untuk pertemuan Forum Negara-negara Pengekspor Gas.
Secara terpisah, Ekuador, salah satu anggota terkecil dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka akan meninggalkan blok yang beranggotakan 14 negara tersebut mulai 1 Januari karena masalah fiskal. Produsen minyak Amerika Selatan ini akan menjadi yang kedua yang menarik diri dari OPEC pada tahun lalu setelah kepergian Qatar.(WK)