Saham Asia tergelincir pada hari Kamis terseret oleh saham China karena optimis data ekonomi baru-baru ini meningkatkan kekhawatiran pengetatan kebijakan moneter.
Suasana kurang positif di Asia di mana sebagian besar indeks utama berada di zona merah. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,1% setelah dua hari berturut-turut naik. Terakhir terpatau berada di level 690,12, jauh dari rekor tertinggi 745,89 yang disentuh pada Februari.
Indeks Nikkei Jepang pangkas kenaikan awal berakhir turun tipis 0,07%. Sementara, indeks acuanSelandia Baru turun 0,9%. Saham China tersandung dengan indeks blue-chip CSI300 turun 0,9% dan indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,8%.
JPMorgan Asset Management mengatakan dalam sebuah catatan bahwa pihaknya memangkas keseluruhan eksposur Pasar Berkembang (EM) “sebagian besar didorong oleh prospek yang kurang optimis di pasar berkembang Asia.”
Saham global melonjak dalam beberapa pekan terakhir dipimpin oleh peluncuran vaksin COVID-19 yang sukses di seluruh dunia, paket stimulus AS, dan ekspektasi inflasi AS yang lebih tinggi.
Namun, kenaikan tajam baru-baru ini dalam imbal hasil Treasury AS telah “mulai melakukan uji penilaian di beberapa bagian pasar ekuitas global dengan nilai yang mengungguli pertumbuhan.
Wall Street akhiri perdagangan sesi Rabu beragam, dengan sektor teknologi catat kinerja buruk terbesar setelah bursa bitcoin terbesar, Coinbase, mengalami aksi jual pada hari listing nya dan menyeret Nasdaq melemah.
Listing Coinbase bertepatan dengan rekor harga Bitcoin, yang naik menjadi hanya di bawah $65.000 tetapi euforia terbukti berumur pendek karena saham turun hampir 20% dari level pembukaan menjadi diperdagangkan pada $328.