Pasar Saham Asia gagal mengikuti hasil yang relatif positif di Wall Street hari Selasa atas kehati-hatian pasar menjelang pertemuan Federal Reserve AS dan sejumlah pendapatan perusahaan mengimbangi optimisme pemulihan ekonomi global dari hantaman COVID-19.
Analis mengatakan beberapa pelaku pasar mungkin mengambil untung pada ekuitas, namun sentimen masih tetap positif atas meningkatnya laju vaksinasi virus korona di banyak negara.
Namun, meski ada tanda-tanda penuh harapan, sesi bullish di Wall Street gagal menginspirasi pasar Asia. S&P 500 dan Nasdaq ditutup pada rekor tertinggi pada hari Senin, didorong oleh saham besar menjelang sejumlah laporan pendapatan minggu ini. Namun, indeks Dow Jones Industrial Average berakhir melemah 0,18%.
Sentimen pada ekuitas di banyak pasar meningkat cukup stabil sepanjang bulan ini atas ekspektasi bahwa kenaikan tingkat vaksinasi akan memungkinkan lebih banyak negara untuk melanjutkan aktivitas normal. Namun, satu bidang yang menjadi perhatian adalah India, yang sedang berjuang dengan lonjakan infeksi virus korona yang telah membebani sistem perawatan kesehatannya.
Banyak pelaku pasar terlihat hanya ‘wait and see’ menjelang pertemuan Fed yang berakhir Rabu, di mana bank sentral AS diperkirakan akan mengkonfirmasi bahwa mereka akan mempertahankan kebijakan moneter akomodatif untuk meningkatkan perekonomian.
Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik tidak termasuk Jepang turun 0,14%. Bursa Australia turun 0,51%, tetapi pasar saham China hanya bergerak tipis. Pasar saham Tokyo turun tipis 0,11%. Sedangkan saham S&P 500 e-mini berjangka naik 0,07%.
Para trader obligasi saat ini tengah mengamati lelang Treasury 7 tahun AS senilai $62 miliar pada Selasa malam. Sementara dolar bergerak terbatas dalam kisaran sempit karena pasar saat ini menghindari untuk mengambil posisi besar sebelum lelang obligasi dan pertemuan Fed.
Smentara itu yen melambung terhadap dolar, diperdagangkan mendekati level tertinggi tujuh minggu sebelum pertemuan Bank of Japan yang berakhir pada hari Selasa. Tidak ada perubahan besar yang diharapkan, tetapi pembuat kebijakan cenderung memangkas perkiraan harga konsumen mereka.
Minyak rebound di perdagangan Asia setelah produsen minyak utama memenuhi perkiraan permintaan mereka. Namun minyak masih berpeluang mengalami penurunan karena melonjaknya kasus COVID-19 di India, importir minyak terbesar ketiga di dunia.
Minyak mentah AS naik 0,26% menjadi $62,07 per barel, dan minyak mentah Brent naik 0,29% menjadi $65,84 per barel. Namun, kenaikan minyak kemungkinan terbatas atas kekhawatiran kembalinya pembatasan perjalanan sebagai tanggapan terhadap lonjakan virus korona India.