Pertemuan Federal Reserve kali ini sangat dinantikan. Pertemuan selama dua hari yang dimulai Selasa kemarin dan akan diumumkan pada Rabu 3 Mei waktu setempat, juga akan menentukan sikap Federal Reserve selanjutnya. Sejauh ini, the Fed telah menaikkan suku bunga nya sebanyak sembilan kali sejak Maret 2022 dalam upaya bank sentral AS itu untuk mengendalikan inflasi yang masih tak terkendali.
Yang menjadi kekhawatiran pasar adalah apakah FOMC akan memberikan sinyal kenaikan suku bunga lainnya atau tidak setelah mengumumkan hasil pertemuan di Mei ini. Karena bisa saja the fed tidak menaikkan suku bunga di pertemuan kali ini atau malah menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin. Jika Fed menaikkan suku bunga sesuai ekspektasi pasar saat ini, pasar masih akan menunggu sikap Jerome Powell selanjutnya akan nasib kenaikan suku bunga selanjutnya.
Pejabat Fed dan pasar sejauh ini masih berselisih tentang jalur suku bunga masa depan, dengan bank sentral memperkirakan suku bunga masih di sekitar level saat ini hingga 2023 dan investor justru memperkirakan akan terjadi penurunan suku bunga sebelum akhir tahun.
Kenaikan suku bunga sesuai ekspektasi atau lebih besar dari pada itu, maka dapat dipastikan dolar AS akan menguat. Karena kenaikan suku bunga acuan bank sentral akan memengaruhi suku bunga obligasi Treasury AS. Kenaikan suku bunga obligasi memengaruhi dolar AS yang selama ini sebagian pergerakannya banyak dipengaruhi oleh pasar obligasi. Tidak hanya sampai di situ, kenaikan suku bunga acuan bank sentral, juga memicu kenaikan suku bunga mulai dari simpanan, suku bunga deposit hingga suku bunga pinjaman.
Dengan latar belakang ini, kenaikan suku bunga akan berimbas langsung dengan pergerakan emas, dan membuat pasar beralih dari aset emas ke pasar obligasi, karena emas tidak memiliki imbal hasil. Potensi kenaikan suku bunga lainnya pada bulan Juni dari The Fed sangat mungkin terjadi, menyusul laporan indeks PMI Manufaktur ISM AS yang dirilis pada hari Senin menunjukkan adanya penumpukan tekanan inflasi di bulan lalu.
Perlu diingat, data inflasi AS yang masih jauh di atas target Fed yakni 2%, masih dapat dijadikan indikator sejauh mana the Fed akan menghentikan atau melanjutkan siklus kenaikan suku bunganya. Sehingga, jika sesuai ekspektasi, kenaikan suku bunga sebesar 25 bps sudah tepat dan ada potensi kenaikan suku bunga selanjutnya meski the Fed dipastikan memantau kondisi ekonomi AS melalui indeks harga Core PCE.
Namun, mengingat masih adanya tekanan di sektor perbankan AS dalam beberapa hari terakhir ini, dengan masalah pada First Republic Bank, sebagian pihak memperkirakan adanya kemungkinan sinyal the Fed akan menahan suku bunga pada bulan Juni.