Harga minyak berakhir lebih rendah pada perdagangan di hari Selasa (18/10/2022) di tengah kekhawatiran pasokan AS yang lebih tinggi dikombinasikan dengan perlambatan ekonomi dan permintaan bahan bakar China yang lebih rendah. Harga minyak mentah berjangka Brent turun $1,59, atau 1,7%, menjadi $90,03 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun $2,64, atau 3,1%, menjadi $82,82 per barel.
China, importir minyak mentah utama dunia, menunda rilis indikator ekonomi tanpa batas waktu yang semula dijadwalkan akan dipublikasikan pada hari Selasa, menunjukkan kepada pasar bahwa permintaan bahan bakar tertekan secara signifikan di wilayah tersebut. Tentu saja kabar ini bukan pertanda baik ketika China memutuskan untuk tidak mempublikasikan angka ekonomi. Kepatuhan China terhadap kebijakan nol-COVID terus meningkatkan ketidakpastian tentang pertumbuhan ekonomi negara itu.
Harga minyak juga tertekan oleh laporan bahwa pemerintah AS akan terus mengeluarkan minyak mentah dari cadangan. Pemerintahan Biden berencana untuk menjual minyak dari Cadangan Minyak Strategis dalam upaya untuk mendinginkan harga bahan bakar sebelum pemilihan kongres bulan depan, kata sumber kepada Reuters, Senin (17/10/2022).
Selain itu, stok minyak mentah AS diperkirakan akan meningkat untuk minggu kedua berturut-turut, jajak pendapat pendahuluan Reuters menunjukkan pada hari Senin. Produksi di Permian Basin of Texas dan New Mexico, produsen minyak serpih AS terbesar, diperkirakan akan naik sekitar 50.000 barel per hari (bpd) ke rekor 5,453 juta bpd bulan ini, kata Lembaga Informasi Energi.
Investor telah meningkatkan posisi beli di masa depan setelah OPEC+ setuju untuk menurunkan produksi sebesar 2 juta barel per hari. Beberapa anggota kelompok produsen minyak telah mendukung pemotongan tersebut setelah Gedung Putih menuduh Arab Saudi memaksa beberapa negara untuk mendukung langkah tersebut, tuduhan yang dibantah oleh Riyadh.