Mengawali perdagangan minggu ini, pasar dalam kondisi mode penghindaran risiko (Risk Aversion) dimana bursa saham Amerika Serikat di Wall Street mengalami penurunan tajam. Sejumlah saham di sektor teknologi menurun dan dolar menguat. Indikator ekonomi yang dirilis pada akhir pekan menunjukkan bahwa perekonomian AS bernasib lebih baik daripada negara lain dalam perlombaan untuk menghindari resesi, dimana saat ini seluruh dunia tenggelam di bawah beban krisis biaya hidup dan suku bunga yang lebih tinggi.
Pasar bergerak naik turun dalam beberapa perdagangan terakhir, menjelang musim laporan pendapatan emiten untuk kwartal kedua. Disisi lain, indikator ekonomi utama lainnya juga akan diterbitkan pada minggu ini. Data ini mungkin akan memberikan gambaran mengkhawatirkan tentang apa yang mungkin ada di depan. Data inflasi AS akan diterbitkan pada pertengahan minggu ini, dimana para investor telah meyakini tidak akan ada sinyalemen tentang penurunan harga.
Sementara itu, The Federal Reserve selaku bank sentral AS belum siap untuk melepaskan kaki mereka dari pedal rem. The Fed masih mempertimbangkan kenaikan kembali suku bunga pada pertemuan di akhir bulan ini sebesar 50 atau 75 basis poin. Sejauh ini, bank sentral lain seperti Bank of Canada dan RBNZ tampaknya akan melanjutkan dengan kenaikan sebesar 50 basis poin karena keduanya mencoba untuk mengatasi tekanan harga sebelum RUU ekonomi tiba.
Dalam laporan emiten yang akan datang, pasar akan mencermati sinyal yang dikirim oleh berbagai perusahaan Amerika Serikat. Selain paparan penghasilan, sejumlah peringatan terkait dengan proyeksi pendapatan selanjutnya, akan menjadi peringatan dini bagi pasar atas kondisi ekonomi kedepan. Perekonomian AS secara luas diperkirakan akan menunjukkan ketahanan yang lebih besar daripada kebanyakan yang lain selama satu atau dua tahun ke depan berkat pasar tenaga kerja yang kuat tetapi muncul celah dan investor yang mungkin sensitif terhadap tanda-tanda tersebut bisa menurunkan tingkat keyakinan lebih lanjut.
Pada perdagangan komoditi, harga minyak dan emas masih akan mendapat tekanan lebih lanjut. Kedua komoditi yang diperdagangkan dengan satuan Dolar AS akan menderita saat greenbacks mengalami penguatan lebih lanjut.
Harga minyak tergelincir lagi pada hari perdagangan di hari Senin (11/07/2022), meskipun telah memulihkan sebagian besar kerugian dari hari sebelumnya. Kekhawatiran resesi semakin mendorong pasar ini dan itulah satu kenyataan yang dapat membatasi kenaikan harga minyak dalam jangka menengah.
Prospek pembatasan Covid lebih lanjut di China menjadi angin sakal jangka pendek untuk harga minyak mentah, juga, yang dapat membuat mereka diperdagangkan mendekati $100 per barel seperti yang kita lihat awal tahun ini. Kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Arab Saudi pada akhir pekan ini juga akan dipantau secara ketat karena pasar berharap Biden dapat memanfaatkan kapasitas cadangan negara itu menjelang apa yang bisa menjadi ujian tengah semester akhir tahun ini.
Pada perdagangan emas, logam mulia nampak harus kehilangan kilaunya setelah menembus di bawah harga $ 1.800 per troy ons pada minggu lalu. Memang ada sejumlah sentimen yang dapat menahan harga dari penurunan lebih lanjut atau bahkan membuat harga emas naik kembali sekalipun. Namun demikian, tetapi pelarian investor saat ini akhirnya menimbulkan ledakan dan masih dalam keadaan syok. Kisaran penurunan harga dapat membawa emas ke area $1.680 hingga 1.720.