JAVAFX – Anggota parlemen Inggris pada Senin (28/10) waktu setempat, menolak upaya Perdana Menteri Boris Johnson untuk mengadakan pemilihan umum awal pada 12 Desember mendatang karena parlemen mengetahui bahwa Johnson memang mendorong pemilu diadakan lebih awal agar upaya pemecahan kebuntuan politik atas Brexit bisa segera dilaksanakan.
Ada sebanyak 299 anggota parlemen memang memberikan suara mendukung usulannya, sementara 70 anggota lainya menentang. Meskipun demikian ia tidak mendapatkan dukungan dari dua pertiga dari 650 anggota parlemen yang disyaratkan oleh hukum untuk meloloskan pemilihan umum lebih awal tersebut.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat John Bercow seperti yang dikutip dari laman AFP menjelaskan, “Oposisi utama Partai Buruh sebagian besar memilih untuk abstain, karena mayoritas yang dibutuhkan belum tercapai, para noes memilikinya.”
Boris Johnson yang jengkel dalam menanggapi hasil tersebut mengatakan, “Pemilih akan menemukan situasi yang benar-benar membingungkan dan bersumpah untuk mengakhiri “kelumpuhan” atas kepergian Inggris dari Uni Eropa. Dengan satu atau lain cara, kita harus melanjutkan ke pemilihan umum nanti.”
“Rencananya malam ini pemerintah akan mengumumkan penyajian tagihan pendek untuk pemilihan pada 12 Desember sehingga kami akhirnya bisa menyelesaikan Brexit. Rumah ini tidak bisa lagi menyandera negara ini. Ada banyak jutaan keluarga dan bisnis tidak dapat merencanakan masa depan mereka sebelum kita menyelesaikan ini,” tutur Johnson.
Boris Johnson menjalankan pemerintahan Konservatif minoritas, dia mendorong pemilihan umum untuk mencoba mengamankan mayoritas di parlemen yang akan memungkinkan dia untuk mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk menyetujui kesepakatan perceraiannya dengan Brussels.
Para pemimpin Uni Eropa pada hari sebelumnya menyetujui perpanjangan ketiga untuk proses Brexit sampai 31 Januari 2020 dan Johnson menerimanya dengan enggan, namun ia tetap mendesak agar mereka tidak memberikan waktu lagi setelah itu.