Nasib Emas Tergantung Pada ‘Saga’ Suku Bunga Fed

0
160

Emas mengalami konsolidasi di sesi Asia dengan dolar AS melemah setelah mencatat kenaikan pasca dirilisnya risalah risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal yang menenggelamkan harga emas dan membuat imbal hasil AS digdaya, dengan imbal hasil obligasi 10-tahun naik ke level tertinggi 1,71%.

Risalah pertemuan menyatakan bahwa ”peserta mengatakan FOMC harus terus bersiap untuk menyesuaikan laju pembelian jika perubahan prospek ekonomi sangat mendukung langkah mereka.”

Dalam risalah itu juga mengatakan “sebagian besar peserta pertemuan menilai syarat kenaikan suku bunga dapat dipenuhi relatif segera jika langkah perbaikan pasar tenaga kerja berlanjut”, menambahkan, “mengingat prospek ekonomi, pasar tenaga kerja, inflasi, sangat memungkinkan dijadikan pegangan untuk kenaikan suku bunga sesegera mungkin atau lebih cepat dari yang diharapkan sebelumnya.”

Sementara itu, indeks dolar bertahan di sekitar angka 96 dan jika ini adalah akhir dari siklus reakumulasi, bukan tidak mungkin emas akan memasuki masa yang sulit di masa depan. Bahkan, jika indeks dolar mampu menembus angka 97 emas akan semakin terpuruk dan kemungkinan meluncur ke area $1.760 bahkan lebih rendah lagi.

Emas tidak mampu berbuat banyak setelah ambruk dari level 1.824 dan ditutup di bawah level 1.809 pasca dirilisnya Risalah Fed, meski di awal sesi Asia sempat merangkak naik ke level 1.810 pada hari Kamis. Sampai saat  ini, emas mencatat penurunan sekitar $20 pasca risalah Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menyampaikan bias hawkish para pembuat kebijakan, menyarankan kenaikan suku bunga yang lebih cepat dan rencana untuk membahas normalisasi neraca.

Risalah pertemuan ini dimanfaatkan oleh obligasi AS dengan imbal hasil obligasi AS reli dan suku bunga Fed berjangka menunjuk pada peluang 80% kenaikan pada Maret 2022. Ini ditopang oleh data tenaga kerja AS yang dirilis ADP cukup kuat untuk Desember, 807 ribu berbanding perkiraan 400 ribu tenaga kerja yang tercipta. Tak pelak, pernyataan Risalah Fed seperti, “kondisi untuk kenaikan suku bunga dapat dipenuhi relatif segera jika laju perbaikan pasar tenaga kerja baru-baru ini berlanjut” juga mendorong kupon obligasi AS.

Alhasil, imbal hasil obligasi 10 tahun AS melonjak ke level tertinggi sejak April 2021 pada akhir sesi Amerika Rabu yang naik 3,4 basis poin (bps) menjadi 1,70%, yang tidak hanya menenggelamkan emas, tapi juga indeks acuan di Wall Street. Padahal, jeda baru-baru ini dalam imbal hasil obligasi AS memungkinkan S&P 500 Futures mencetak kenaikan ringan di sekitar 4.700.

Selanjutnya, laporan bulanan Neraca Perdagangan AS dan indeks PMI Jasa ISM untuk Desember, serta laporan mingguan Klaim Pengangguran AS, akan sangat penting untuk harga emas. Jika statistik AS terus mengalahkan perkiraan, kemungkinan kenaikan suku bunga Fed yang dipercepat tidak dapat dicegah, dan pada gilirannya akan membuat perdagangan emas kian terpuruk. Namun, data Nonfarm Payrolls (NFP) AS pada hari Jumat akan menjadi kunci penentuan.