Morgan Stanley, “Kenaikan Tarif Masih Menjadi Resiko Meski Ada Kesepakatan AS dan China”

0
128

JAVAFX – Morgan Stanley mengatakan kesepakatan perdagangan parsial antara Presiden Donald Trump dengan negeri China adalah pengaturan yang “tidak pasti” dan tidak ada jalan yang layak untuk mengurangi tarif yang ada saat ini.

AS setuju untuk menunda kenaikan tarif barang-barang China dikisaran $250 miliar menjadi 30% dari sesi sebelumnya hanya 25%, akan tetapi kenaikan tarif yang akan diterapkan di bulan September masih berlanjut dan rencananya akan ada kenaikan lainnya menjelang liburan Natal bulan Desember mendatang.

Morgan Stanley menjelaskan bahwa, “ sebelum adanya mekanisme penyelesaian terhadap perangan dagang antara AS dan China, kenaiakan tarif masih terus berlanjut dan tidak dapat dihindari”.

“Belum ada jalan keluar yang layak untuk penurunan tarif yang terjadi selama ini dan kenaikan tarif masih akan tetap menjadi risiko yang berarti. Dengan demikian, kami belum mengharapkan rebound yang berarti dalam perilaku perusahaan yang akan mendorong ekspektasi pertumbuhan global yang lebih tinggi.”

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengatakan bahwa fase pertama dari perjanjian perdagangan akan ditulis selama tiga minggu ke depan. Sebagai bagian dari fase satu, China akan membeli antara $40 miliar dan $50 miliar dalam produk pertanian A.S.

Fase pertama dari perjanjian perdagangan antara AS dan China tidak memberikan ruang gerak bagi perusahaan-perusahaan global untuk memutuskan di mana dapat  berinvestasi, menghasilkan tenaga kerja atau SDM. Jika AS masih terus mempertahankan perspektif mentalitas “hentikan kenaikan terhadap China”, maka perang dagang tidak akan berlanjut.

“Donald Trump menyatakan bahwa “Kami mendekati akhir perang dagang, tidak masuk akal bagi kami untuk melakukan pemotongan tarif pada tahun 2020. Akan ada kejutan selanjutnya. Dan selama tarif hukuman seperti itu tetap ada, hubungan ekonomi AS-Cina menggambarkan masih tidak baik.”

Goldman Sachs juga melihat kemungkinan sebesar 60% bahwa tarif 15% yang diumumkan akan segera berlaku, tetapi harapan penundaan hingga awal tahun 2020 mendatang, melewati dari batas waktu 15 Desember saat ini. Disisi lainnya, Evercore mengatakan pihaknya mengharapkan penundaan dan tidak ada kenaikan tarif tambahan pada tahun 2020.

Pada tahun lalu, AS telah menetapkan tarif untuk produk-produk China senilai miliaran dolar, dan China telah membalas dengan retribusi sendiri, memicu kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan pendapatan perusahaan yang lebih lemah.

JP Morgan mengatakan fase pertama dari kesepakatan itu adalah perkembangan positif setelah berbulan-bulan eskalasi perdagangan, tetapi hasilnya bukanlah kejutan bagi pasar. Diharapkan ketegangan antara AS dan China bisa meningkat lagi, terutama selama pemilihan presiden 2020 mendatang.

Dampak dari pertemuan fase pertama terhadap pasar makro bisa menghilangkan beberapa risiko penurunan di kuartal berikutnya, tetapi tidak mempengaruhi tren perlambatan ekonomi. Prakiraan pertumbuhan bank adalah 6,2% pada 2019 dan 5,9% pada 2020.